Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Belajar sosial (juga dikenal sebagai belajar
observasional atau belajar vicarious atau belajar dari model)
adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan,
penguasaan dan, dalam kasus proses belajar imitasi, peniruan perilaku orang
lain. Jenis belajar ini banyak diasosiasikan dengan penelitian Albert Bandura, yang membuat teori belajar sosial. Di dalamnya ada
proses belajar meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui
pengamatan terhadap orang tersebut. Penelitian lebih lanjut menunjukkan adanya
hubungan antara belajar sosial dengan belajar melalui pengkondisian klasik dan
operant.
Banyak yang secara salah
menyamakan belajar observasional dengan belajar melalui imitasi. Kedua istilah
ini berbeda dalam arti bahwa belajar observasional mengarah pada perubahan
perilaku akibat mengamati model. Ini tidak selalu berarti bahwa perilaku yang
ditunjukkan orang lain diduplikasi. Bisa saja si pengamat justru melakukan
sesuatu yang sebaliknya dari yang dilakukan model karena ia telah mempelajari
konsekuensi dari perilaku tersebut pada si model. Dalam hal ini adalah belajar
untuk tidak melakukan sesuatu dan ini berarti terjadi belajar observasional
tanpa adanya imitasi.
Walau belajar observasional
dapat terjadi dalam setiap tahapa kehidupan, tapi terutama terjadi saat pada anak-anak, karena
pada saat itu otoritas dianggap penting. Penelitian Bandura mengenai
boneka Bobo merupakan demonstrasi dari belajar observasional dan ditunjukkan
bahwa anak cenderung terlibat dalam perlakuan yang bengis terhadap boneka
setelah melihat orang dewasa di televisi melakukan hal tersebut pada boneka
yang sama. Bagimanapun, anak mungkin akan melakukan peniruan bila perilaku
model mendapat penguatan. Permasalahannya, seperti diteliti oleh Otto Larson
(1968), bahwa 56% karakter dalam acara televisi anak
mencapai tujuannya melalui tindakan kekerasan.
A. Latar Belakang Tokoh
Albert Bandura dilahirkan di Mundare
Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Masa kecil dan remajanya
dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun 1949 beliau
mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan psikologi.
Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan
setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di
Standford University.Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran
untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen.Pada
tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific
contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura
bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan
tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai
meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters,
muridnya yang pertama mendapat gelar doctor sebagai asistennya. Bandura
berpendapat, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan
perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua fenomena penting
yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme. Albert Bandura sangat
terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran
behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman,
dan evaluasi.
B.
Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori
belajar perilaku yang tradisional (behavioristik)1. Teori
pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori ini
menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku,
tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori
pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement
eksternal dan penjelasan – penjelasan kognitif internal untuk memahami
bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “ manusia “
itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga tidak
dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.
Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan –
lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara kebetulan ; lingkungan –
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya
sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh (Kard,S,1997:14) bahwa
“sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah
pemodelan (modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling
penting dalam pembelajaran terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama.
Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi melalui kondisi yang dialami
orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat temannya dipuji dan ditegur oleh
gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru melakukan perbuatan lain
yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini merupakan contoh
dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua, pembelajaran
melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak mendapatkan
penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang
memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat
tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai
secara tuntas apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh
seseorang secara langsung, tetapi kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran
atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur, M,1998.a:4).
Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian,
teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh
Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia adalah diperoleh
dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk menjelaskan
bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori sebelumnya kurang
memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul dan kurang
memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan
orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan
belajar meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang
lain sebagai model bagi dirinya.
C.
Teori Peniruan ( Modeling )
Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller
dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan (
imitation ) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang lain.
Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning “ – “pembelajaran social “
. Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah memperoleh
tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita
tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia
dipelajari melalui peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ).
Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan penting sebagai seorang
model atau tokoh bagi anak – anak untuk menirukan tingkah laku membaca.
Dua
puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 )
telah melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan
peniruan. Hasil eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model (orang
yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus menerus. Proses
belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran melalui
pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial
diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya
mementingkan perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.
Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor
dalam diri(kognitif) dan lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah
mengemukakan teori pembelajaran peniruan, dalam teori ini beliau telah
menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap perlakuan anak-anak apabila
mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan palu besi dan menumbuk
sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-anak ini diarah
bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan dalam
video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru
aksi-aksi yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.
Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru
secara langsung. Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang
kertas dan pelajar meniru secara langsung.
Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya
anak-anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak
merupakan contoh perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak
bersorak di dalam kelas sewaktu guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan
memberi tahu tingkahlaku yang dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan
tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh perilaku dalam situasi
tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses
ini timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya
seorang anak-anak melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam
diri anak-anak tersebut untuk melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku
apabila anak-anak tersebut melihat temannya melukis bunga.
Perkembangan kognitif
anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad ke-14 yaitu
Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang mudah
kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan
anak-anak hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh
difahami melalui pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar
atau dibentuk dengan lemah lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu,
beliau juga mengatakan bahwa anak-anak tidak boleh dibebankan dengan
perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini akan menyebabkan
anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran yang disampaikan.
D.
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses
Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja
menggunakan gambaran kognitif dari tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam
proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap , yaitu : perhatian / atensi,
mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.
1) Perhatian (’Attention’)
Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat
mempelajarinya. Subjek memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri,
sikap, dan lain-lain yang dimiliki. Contohnya, seorang pemain musik yang tidak
percaya diri mungkin meniru tingkah laku pemain music terkenal sehingga tidak
menunjukkan gayanya sendiri. Bandura & Walters(1963) dalam buku mereka
“Sosial Learning & Personality Development”menekankan bahwa hanya dengan
memperhatikan orang lain pembelajaran dapat dipelajari.
2) Mengingat (’Retention’)
Subjek yang memperhatikan harus merekam
peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek melakukan
peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian
penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)
Setelah
mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan
kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model
dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku
yang diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah
pada kemajuan perbaikan dan keterampilan.
4) Motivasi
Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert
Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus melakukan sesuatu.
Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang
telah dimodelkan.
E.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
1.
Unsur pembelajaran utama ialah
pemerhatian dan peniruan
2.
Tingkah laku model boleh dipelajari
melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain
3.
Pelajar meniru suatu kemampuan dari
kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model
4.
Pelajar memperoleh kemampuan jika
memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif
5.
Proses pembelajaran meliputi
perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang
sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif
F.
Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll
yang menunjukkan anak – anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa
disekitarnya.
Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini
menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan
dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa
aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru
dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada
pemahaman pelajar.
Eksperimen
Pemodelan Bandura :
Kelompok
A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk, menendang,
dan menjerit kearah patung besar Bobo.
Hasil
= Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif
Kelompok
B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung besar
Bobo
Hasil
= Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A
Rumusan
:
Tingkah
laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari
penguatan.
Hasil
Keseluruhan Eksperimen :
Kelompok
A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B
tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif
Gambar
Pemodelan Albert Bandura:
G.
Jenis – jenis Peniruan (modelling)
Jenis
– jenis Peniruan (modeling):
1. Peniruan Langsung
Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori
pembelajaran social Albert Bandura. Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya
modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan
sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.
Meniru
tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh :
Meniru gaya penyanyi yang disukai.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau
perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku,
memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.
3.
Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah
laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar
meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.
4.
Peniruan Sesaat / seketika.
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu
saja.
Contoh
: Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.
5.
Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi
apapun.
Contoh
: Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.
Hal
lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip
– prinsip sebagai berikut :
1.
Tingkat tertinggi belajar dari
pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi
perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat akan lebih
baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau
gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari
pelatih memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan
seterusnya ditiru oleh para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru
akan efisien jika gerakan tari tadi juga didukung dengan penayangan video,
gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku panduan.
2.
Individu lebih menyukai perilaku
yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3.
Individu akan menyukai perilaku yang
ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai
nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan
antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan psikologi kognitif,
dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses belajar masih berpusat pada
penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi dengan
lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan
sabun ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan
disukai masyarakat, hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya
mempunyai kulit seperti para “bintang “.
Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara
karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri – cirri
model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan, penting
dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru model
seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang
sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung
imitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh
interaksi antara ciri model dengan observernya.
H.
Kelemahan Teori Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan
dalam teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah
mengenai peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah
lakunya dengan hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat
sebagian individu yang menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah
laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
I.
Kelebihan Teori Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori
belajar sebelumnya , karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku
seseorang dihubungkan melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang
tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas stimulus ( S-R bond),
melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan
dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada
perlunya conditioning ( pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain
itu pendekatan belajar social menekankan pentingnya penelitian empiris dalam
mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang
menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan kognitif.
KESIMPULAN
Ø Teori
Belajar Sosial , Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang ahli
psikologi pendidikan dari Stanford University,USA. Teori pembelajaran ini
dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang mengalami pembelajaran dalam
lingkungan sekitarnya.
Ø Bandura
(1977) menghipotesiskan bahwa tingkah laku lingkungan dan kejadian – kejadian
internal pada pembelajaran yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan
hubungan yang saling berpengaruh.
Ø Dari uraian tentang teori belajar
sosial, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
1. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses-proses kognitif belajar.
Ø 2. komponen-komponen belajar terdiri
dari tingkah laku, konsekuensi-konsekuensi terhadap model dan proses-proses
kognitif pembelajar.
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
3. hasil belajar berupa kode-kode visual dan verbal yang mungkin dapat dimunculkan kembali atau tidak (retrievel).
Ø 4. dalam perencanaan pembelajaran
skill yang kompleks, disamping pembelajaran-pembelajaran komponen-komponen
skill itu sendiri, perlu ditumbuhkan “sense of efficacy” dan self regulatory”
pembelajar.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
5. dalam proses pembelajaran, pembelajar sebaiknya diberi kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental sebelum latihan fisik, dan “reinforcement” dan hindari punishment yang tidak perlu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar