SEJARAH
PENDIDIKAN NEGARA MALAYSIA
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Dengan pendidikan manusia semakain mampu untuk memanusiakan
dirinya. Karena apa, seperti yang kita ketahui bahwa manusia hakekatnya adalah
mahluk Tuhan yang paling sempurna.
Dalam Pembahasan mengenai pendidikan kali ini lebih
ditekankan kepada suatu pembelajaran dari sudut sejarah pendidikan itu sendiri,
khususnya sejarah pendidikan di negara Malaysia. Seperti yang kita ketahui
bahwa Malaysia adalah negara tetangga, negara satu rumpun dan negara yang
kawasan wilayahnya pernah menjadi satu kesatuan di Nusantara. Dengan berbagai
kesinambungan Malaysia dengan Indonesia tetapi banyak penonjolan lebih di berbagai bidang yang
dimiliki Malaysia. Bukan tidak mungkin kelebihan-kelebihan yang dimiliki adalah
wujud dari penyokongan dalam sektor pendidikan, karena
memang pendidikanlah yang dapat memunculkan suatu sumberdaya manusia yang
berkualitas dan akhirnya berdampak pada mobilitas negara yang luar biasa.
Makadari itu perlu adanya suatu kajian mengenai
sejarah pendidikan di Malaysia, supaya dapat digunakan sebagai referensi acuan pengalaman yang dapat
memperbaiki keadaan pendidikan di negara sendiri.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
dari makalah ini adalah
1. Bagaimanakah
Negara Malaysia?
2. Bagaimana
Pendidikan Awal di Malaysia?
3. Bagaimana
Perkembangan Pendidikan di Malaysia?
4. Bagaimana
Pendidikan di Malaysia Saat Ini?
1.3 Tujuan
dan Manfaat
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui
dan memahami apa yang dimaksud dengan pendidikan.
2. Mengetahui
dan memahami mengenai negara Malaysia.
3. Mengetahui
dan memahami mengenai sejarah pendidikan yang negara Malaysia.
4. Mengetahu
dan memahami pendidikan di Malaysia saat ini.
5. Memenuhi
tugas matakuliah Sejarah Pendidikan.
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah
1. Lebih
mendapatkan suatu pemahaman mengenai pengertian dari pendidikan itu sendiri.
2. Mendalami
lebih jauh tentang profil negara Malaysia dan bagaimana sejarah pendidikan di
Malaysia serta kondisi pendidikanya saat ini.
3. Sebagai
pengetahuan baru sebagai seorang mahasiswa dan dapat memberikan sedikit
tambahan wawasan bagi orang lain.
BAB
II PEMBAHASAN
2.1
Negara Malaysia
Malaysia
adalah sebuah negara federasi yang terdiri
dari tiga
belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan
di Asia Tenggara
dengan luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat
pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.
Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan Malaysia Barat
dan Malaysia Timur
oleh Kepulauan Natuna,
wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan.
Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Negara ini
terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara
Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong
dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.
Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer
Westminster.
Malaysia
sebagai negara persekutuan tidak
pernah ada sampai tahun 1963. Sebelumnya, sekumpulan koloni
didirikan oleh Britania Raya
pada akhir abad ke-18, dan paro barat Malaysia modern
terdiri dari beberapa kerajaan yang terpisah-pisah. Kumpulan wilayah jajahan
itu dikenal sebagai Malaya Britania
hingga pembubarannya pada 1946, ketika kumpulan itu disusun kembali sebagai Uni Malaya. Karena semakin
meluasnya tentangan, kumpulan itu lagi-lagi disusun kembali sebagai Federasi Malaya
pada tahun 1948 dan kemudian meraih kemerdekaan pada 31 Agustus 1957.
Pada
16 September
1963 sesuai dengan Resolusi
Majelis Umum PBB 1514 dalam proses
dekolonialisasi, Singapura, Sarawak, Borneo Utara atau yang
sekarang lebih dikenal sebagai Sabah
berubah menjadi negara bagian dari federasi bentukan baru yang bernama Malaysia
termasuk dengan Federasi Malaya.
dan pada 9 Agustus 1965 Singapura kemudian dikeluarkan dari Malaysia dan
menjadi negara merdeka yang bernama Republik Singapura.
saat tahun-tahun awal pembentukan federasi baru terdapat pula tentangan dari Filipina dan konflik
militer dengan Indonesia.
Bangsa-bangsa
di Asia Tenggara mengalami ledakan ekonomi dan menjalani perkembangan yang
cepat di penghujung abad ke-20. Pertumbuhan yang cepat pada dasawarsa 1980-an
dan 1990-an, rata-rata 8% dari tahun 1991 hingga 1997, telah mengubah Malaysia
menjadi negara industri baru.
Karena Malaysia adalah salah satu dari tiga negara yang menguasai Selat Malaka, perdagangan
internasional berperan penting di dalam ekonominya. Pada suatu ketika, Malaysia
pernah menjadi penghasil timah,
karet dan minyak kelapa sawit di dunia.
Industri manufaktur memiliki pengaruh besar bagi ekonomi negara ini. Malaysia
juga dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman hayati
terbesar di dunia.
Suku Melayu menjadi bagian
terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula komunitas Tionghoa-Malaysia
dan India-Malaysia
yang cukup besar. Bahasa Melayu
dan Islam masing-masing menjadi
bahasa dan agama resmi negara. Malaysia adalah anggota perintis ASEAN
dan turut serta di berbagai organisasi internasional, seperti PBB.
Sebagai bekas jajahan Inggris, Malaysia juga menjadi anggota Negara-Negara
Persemakmuran. Malaysia juga menjadi
anggota d-8.
Secara
etimologis, nama "Malaysia" diadopsi pada 1963 ketika Federasi Malaya
bertambah Singapura,
Sabah, dan Sarawak membentuk federasi
bernama Malaysia Tetapi nama itu sendiri pernah membingungkan ketika dipakai
untuk merujuk wilayah-wilayah di Asia Tenggara. Sebuah peta yang diterbitkan
pada 1914 di Chicago menampilkan nama Malaysia
pada wilayah tertentu di Nusantara. Politikus di Filipina pernah
menghendaki penamaan negara mereka sebagai "Malaysia", tetapi
Malaysia-lah yang pertama mengadopsi nama itu pada 1963 sebelum Filipina
bertindak lebih jauh tentang masalah itu. Nama lain pernah dianjurkan untuk
federasi 1963. Di antaranya adalah Langkasuka (Langkasuka
adalah sebuah kerajaan kuno yang berada di bagian hulu Semenanjung Malaya pada
milenium pertama masehi).
Bahkan
mundur lebih jauh lagi, seorang etnolog Inggris, George Samuel Windsor
Earl, di dalam jilid IV Jurnal Kepulauan India dan Asia Timur pada 1850
mengusulkan untuk menamai kepulauan Indonesia sebagai Melayunesia atau Indunesia,
kendati dia lebih menyukai yang terakhir.
2.1.1
Sejarah
Negara Malaysia
a.
Masa
Prasejarah
Sisa-sisa
arkeologis ditemukan di Malaysia Barat, Sabah,
dan Sarawak. Semang
memiliki leluhur jauh di Semenanjung Malaya, merujuk pada pemukiman pertama
dari Afrika, lebih dari 50.000 tahun lalu. Senoi
muncul sebagai kelompok campuran, dengan hampir separo silsilah dari garis ibu
moyang Semang dan separonya lagi Indocina. Ini bersesuaian dengan
dugaan bahwa mereka mewakili keturunan penutur Austronesia kuno, kaum tani,
yang membawa bahasa dan teknologi mereka ke bagian selatan semenanjung
kira-kira 5.000 tahun lalu dan menyatu dengan penduduk asli. Manusia Proto Melayu lebih beraneka ragam, dan meskipun
mereka menunjukkan beberapa kaitan dengan Asia Tenggara kepulauan, beberapa di
antaranya juga memiliki leluhur di Indocina dari zaman Last Glacial
Maximum, diikuti oleh penyebaran Holosen-dini melalui Semenanjung
Malaya ke Asia Tenggara kepulauan.
b.
Sejarah
Dini
Semenanjung Malaya
berkembang sebagai pusat perdagangan utama di Asia Tenggara, karena berkembangnya perdagangan
antara Cina dan India
dan negara lainnya melalui Selat Malaka yang sibuk. Claudius Ptolemaeus
menunjukkan Semenanjung Malaya pada peta dininya dengan label yang berarti
"Golden Chersonese",
Selat Malaka ditulis sebagai "Sinus Sabaricus".[35] Dari pertengahan hingga akhir milenium
pertama, sebagian besar semenanjung, begitupun Nusantara berada di bawah pengaruh Sriwijaya.
Kerajaan
Melayu yang paling awal tercatat dalam sejarah tumbuh dari kota-pelabuhan tepi
pantai yang dibuat pada abad 10. Di dalamnya termasuk Langkasuka dan Lembah Bujang
di Kedah, dan juga Beruas
dan Gangga Negara di Perak
dan Pan Pan di Kelantan. Diperkirakan semuanya adalah kerajaan
Hindu atau Buddha. Islam tiba pada abad ke-14 di Terengganu.
Terdapat
banyak kerajaan Cina dan India pada abad ke-2 dan ke-3 Masehi—sebanyak
30 buah menurut sumber Cina. Kedah—dikenal sebagai Kedaram, Cheh-Cha (menurut
I-Ching), atau Kataha di dalam tulisan Palawa
atau bahasa Sanskerta kuno—berada di jalur serbuan pedagang
dan raja India. Rajendra Chola, Kaisar
Tamil kuno
yang diduga berada di sekitar Kota Gelanggi,
menjadikan Kedah tunduk pada 1025, tetapi penggantinya, Vira Rajendra
Chola, harus melumpuhkan pemberontakan Kedah untuk mengatasi para
penyerbu. Kedatangan Chola berhasil meredam keagungan Sriwijaya, yang memberi pengaruh besar kepada
Kedah dan Pattani bahkan sampai ke Ligor.
Kerajaan Buddha, Ligor mengambil kendali Kedah segera setelahnya, dan
rajanya, Chandrabhanu
menggunakan tempat ini sebagai basis untuk menyerang Sri Lanka pada abad ke-11, sebuah peristiwa yang dipahat di
atas prasasti batu di Nagapattinum di Tamil Nadu dan di dalam kisah-kisah bangsa Sri Lanka, Mahavamsa. Selama
milenium pertama, masyarakat di Semenanjung Malaya mengadopsi Hindu
dan Buddha dan penggunaan bahasa Sanskerta hingga mereka beralih kepada Islam.
Ada beberapa laporan dari wilayah lain
yang lebih tua dari Kedah—misalnya kerajaan kuno Gangga Negara, di sekitar Beruas di Perak, mendorong sejarah Malaysia lebih jauh ke
belakang. Jika itu belum cukup, sebuah puisi Tamil, Pattinapillai,
dari abad ke-2 M, menjelaskan barang-barang dari Kadaram menumpuk di jalanan
ibukota Chola. Sebuah drama sanskerta dari abad ke-7, Kaumudhimahotsva,
merujuk Kedah sebagai Kataha-nagari. Agnipurana juga menyebutkan sebuah
daerah yang dikenal Anda-Kataha dengan salah satu batasnya menggambarkan sebuah
puncak gunung, yang diyakini para sarjana sebagai Gunung Jerai. Kisah-kisah
dari Katasaritasagaram menjelaskan kemewahan hidup di Kataha.
Pada
permulaan abad ke-15, Kesultanan Melaka
didirikan di bawah sebuah dinasti yang didirikan oleh Parameswara, pangeran dari Palembang, Indonesia, di dalam kekaisaran
Sriwijaya. Penaklukan memaksa dia dan pendukungnya melarikan diri dari
Palembang. Parameswara berlayar ke Temasek untuk menghindari penganiayaan dan tiba di
bawah perlindungan Temagi,
seorang penghulu Melayu dari Pattani yang ditunjuk oleh Raja Siam
sebagai bupati Temasek. Beberapa hari kemudian,
Parameswara membunuh Temagi dan mengangkat dirinya sendiri sebagai bupati.
Kira-kira lima tahun kemudian, dia meninggalkan Temasek karena ancaman dari
Siam. Selama periode ini, Temasek juga diserang oleh serombongan armada Jawa
dari Majapahit.
Dia kemudian
memimpin ke utara untuk mendirikan permukiman baru. Di Muar,
Parameswara berkehendak mendirikan kerajaan barunya di Biawak Busuk atau di
Kota Buruk. Mengetahui lokasi Muar tidaklah cocok, dia meneruskan perjalanannya
ke utara. Di sepanjang jalan, dia dilaporkan telah mengunjungi Sening Ujong
(nama lampau untuk Sungai Ujong modern) sebelum sampai di sebuah perkampungan
nelayan di bibir Sungai Bertam (nama lampau untuk Sungai Melaka modern). Tempat
itu lambat laun berkembang menjadi lokasi Melaka masa kini. Menurut Sejarah Melayu, di situlah dia menyaksikan kancil
mengecoh anjing ketika berteduh di bawah pohon Melaka. Dia
mengambil apa yang dia lihat sebagai pertanda yang baik dan kemudian dia
mendirikan sebuah kerajaan yang disebut Melaka, kemudian dia membangun dan
memperbaiki fasilitas untuk tujuan perdagangan.
Peralihan
agama Parameswara ke Islam tidaklah jelas. Menurut sebuah teori oleh
Sabri Zaina, Parameswara
menjadi seorang Muslim ketika dia menikahi seorang Puteri Samudera Pasai dan dia menyertakan gelar bergaya Persia
"Syah", dengan menyebut dirinya Iskandar Syah. Juga ada referensi
yang menunjukkan bahwa beberapa anggota kelas penguasa dan komunitas saudagar
yang menetap di Melaka telah menjadi Muslim. Kisah-kisah Cina menyebutkan bahwa
pada 1414, putera penguasa pertama Melaka mengunjungi Ming
untuk mengabari mereka bahwa ayahnya telah wafat. Putera Parameswara diakui
secara resmi sebagai penguasa kedua Melaka oleh Kaisar Cina dan bergelar Raja
Sri Rama Vikrama, Raja Parameswara dari Temasik dan Melaka dan dia dikenal
sebagai tokoh Muslim Sultan Sri Iskandar Zulkarnain Syah atau Sultan Megat Iskandar
Syah, dan dia menguasai Melaka dari 1414 sampai 1424. Kerajaan ini
menguasai wilayah yang sekarang ini disebut Semenanjung Malaya,
selatan Thailand (Pattani, dan pantai timur Sumatera. Kerajaan ini berlangsung selama lebih
dari satu abad, dan dalam periode tersebut menyebarkan Islam
ke seluruh Nusantara. Melaka, sebagai pelabuhan perdagangan penting,
terletak hampir di tengah-tengah rute perdagangan Cina dan India.
Pada 1511,
Melaka ditaklukkan oleh Portugal, yang mendirikan sebuah
koloni di sana; maka berakhirlah Kesultanan Melaka. Tetapi, Sultan
terakhir melarikan diri ke Kampar, Riau, Sumatera dan meninggal di sana. Putera-putera
Sultan Melaka terakhir mendirikan dua kesultanan di tempat lain di semenanjung
& mdash; Kesultanan Perak
di utara, dan Kesultanan Johor
(mulanya kelanjutan kesultanan Melaka kuno) di selatan. Setelah
jatuhnya Melaka, tiga negara berjuang menguasai Selat Malaka: Portugis (di Melaka), Kesultanan
Johor, dan Kesultanan Aceh. Konflik ini
berlangsung sampai tahun 1641, ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor) untuk
merebut Melaka.
Kerajaan ini
merupakan kelanjutan dari Kesultanan Malaka tua, tapi sekarang dikenal
dengan nama Kesultanan Johor,
yang masih ada sampai sekarang. Setelah jatuhnya Melaka, tiga negara berebut untuk mengambil
kontrol Selat Malaka: Portugis (di Malaka), Kesultanan Johor, dan Kesultanan Aceh; dan peperangan berakhir pada 1641,
ketika Belanda (bersekutu dengan Kesultanan Johor)
merebut Malaka.
c.
Mendaratnya
Britania
Britania Raya mendirikan koloni pertamanya di
Semenanjung Malaya pada 1786, dengan penyewaan pulau Penang
kepada Perusahaan Hindia
Timur Britania oleh Sultan Kedah. Pada 1824, Britania Raya menguasai
Melaka setelah ditandatanganinya Traktat London atau Perjanjian Britania-Belanda
1824 yang membagi kepemilikan Nusantara kepada Britania dan
Belanda, Malaya untuk Britania, dan Indonesia untuk Belanda. Pada 1826, Britania
mendirikan Koloni Mahkota di Negeri-Negeri Selat,
menyatukan kepemilikannya di Malaya: Penang,
Melaka, Singapura, dan pulau Labuan.
Penang yang didirikan pada 1786 oleh Kapten Francis Light
sebagai pos komersial dianugerahkan oleh Sultan Kedah. Negeri-Negeri Selat mulanya diurus
di bawah British East India
Company di Kalkuta, sebelum Penang, dan
kemudian Singapura menjadi pusat pengurusan koloni mahkota, hingga 1867, ketika
tanggung jawab pengurusan dialihkan kepada Kantor Kolonial di London.
Selama abad
ke-19, banyak negeri Melayu berupaya untuk mendapatkan bantuan Britania untuk
menyelesaikan konflik-konflik internal mereka. Kepentingan komersial
pertambangan timah di negeri-negeri Melayu bagi para saudagar
di Negeri-Negeri Selat membuat pemerintah Britania melakukan campur tangan di
dalam negeri-negeri penghasil timah di Semenanjung Malaya. Diplomasi Kapal
Meriam Britania ditugaskan demi mewujudkan resolusi perdamaian
terhadap kekacauan sipil yang disebabkan oleh bandit Cina dan Melayu. Pada
akhirnya Perjanjian Pangkor
1874
meretas jalan untuk perluasan pengaruh Britania di Malaya. Memasuki abad ke-20,
negeri Pahang, Selangor, Perak,
dan Negeri Sembilan, bersama-sama
dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu Bersekutu (jangan dirancukan
dengan Federasi Malaya), di bawah kendali de
facto residen Britania diangkat untuk menasihati para
penguasa Melayu. Orang Britania menjadi "penasihat" di atas kertas,
tetapi sebenarnya, mereka menjalankan pengaruh penting di atas para penguasa
Melayu.
Lima negeri
lainnya di semenanjung, dikenal sebagai Negeri-negeri Melayu Bersekutu, tidak diperintah
langsung dari London, juga menerima para penasihat Britania di penghujung abad
ke-20. Empat dari lima negeri itu: Perlis, Kedah,
Kelantan, dan Terengganu sebelumnya dikuasai Siam.
Negeri yang tidak bersekutu lainnya, Johor,
satu-satunya negeri yang memelihara kemerdekaannya di sebagian besar abad
ke-19. Sultan Abu Bakar dari Johor dan Ratu Victoria
kenalan pribadi, dan mengakui satu sama lain sederajat. Hal ini tidak pernah
terjadi hingg 1914 ketika pengganti Sultan Abu Bakar, Sultan Ibrahim
menerima seorang penasihat Britania.
Di pulau Borneo, Sabah diperintah sebagai koloni mahkota Borneo Utara, sedangkan Sarawak diperoleh dari Brunei sebagai kerajaan pribadi keluarga Brooke, yang berkuasa
sebagai Raja
Putih.
Mengikuti Invasi Jepang ke Malaya dan pendudukan beruntunnya
selama Perang Dunia II, dukungan rakyat
untuk kemerdekaan tumbuh. Pasca-perang, Britania berencana menyatukan
pengelolaan Malaya di bawah koloni mahkota tunggal yang disebut Uni Malaya didirikan dengan penentangan yang hebat
dari Suku Melayu, yang melawan upaya pelemahan penguasa
Melayu dan mengizinkan kewarganegaraan ganda kepada Tionghoa-Malaysia dan kaum imigran lainnya. Uni
Malaya, didirikan pada 1946 dan terdiri dari semua kepemilikan Britania di
Malaya, kecuali Singapura, dibubarkan pada 1948 dan diganti oleh Federasi Malaya, yang mengembalikan pemerintahan
sendiri para penguasa negeri-negeri Malaya di bawah perlindungan Britania.
Selama masa
itu, pemberontakan di bawah kepemimpinan Partai Komunis Malaya
melaksanakan operasi gerilya yang dirancang untuk
mengusir Britania dari Malaya. Darurat Malaya,
begitulah dikenalnya, berlangsung sejak 1948 hingga 1960, dan melibatkan
kampanye anti-kekacauan oleh serdadu Persemakmuran
di Malaya. Meskipun kekacauan dengan cepat ditumpas masih saja menyisakan
kehadiran serdadu persemakmuran, dengan latar belakang Perang Dingin. Melawan latar belakang ini, kemerdekaan
untuk Federasi di dalam Persemakmuran diberikan pada 31 Agustus 1957.
d.
Setelah
Semerdekaan
Kemerdekaan Malaya,
Pulau Pinang dan Malaka dicapai pada 31 Agustus 1957
dengan nama Federasi Malaya. Singapura masih
berada di bawah kekuasaan Britania Raya pada saat itu karena letaknya yang stategis.
Pada 16 September 1963,
Federasi Malaya bersama-sama dengan koloni mahkota Britania, yaitu Sabah
(Borneo Utara), Sarawak, dan Singapura, membentuk Malaysia. Kesultanan Brunei,
meski mulanya berminat menggabungi Federasi, menarik kembali rencana penyatuan
itu karena adanya penentangan dari sebagian penduduk, juga dalih tentang
pembayaran royalti minyak dan status Sultan di dalam perencanaan penyatuan.
Tahun-tahun
permulaan pembentukan atau kemerdekaan diganggu oleh konflik dengan
Indonesia yang dicetuskan oleh Soekarno melalui Dwikora
karena ketidak sesuaian dengan laporan Sekretaris Jenderal PBBmenyangkut
pelanggaran Manila Accord
dalam pembentukan Malaysia, Dalam perjalanan federasi ini kemudiaan diikuti
dengan keluarnya Singapura pada 1965 karena kembali adanya ketidak sesuaian
dengan Perjanjian Pembentukan Malaysia dengan dipicu oleh politik
diskriminasi, dan pertikaian antar-ras di dalam Insiden 13 Mei pada 1969. Filipina juga membuat pengakuan aktif terhadap
Sabah dengan penyelesaian damai pada periode itu berdasarkan penyerahan
sebagian wilayah Kesultanan Brunei, yakni bagian timur-utara kepada Kesultanan Sulu pada 1704. Pengakuan atas wilayah
ini masih dilanjutkan hingga saat ini oleh pihak Filipina. Setelah Insiden 13
Mei pada 1969, Kebijakan Ekonomi
Baru yang kontroversial—upaya penaikan hasil bagi kue ekonomi bumiputra ("pribumi", yang menyertakan
sebagian besar orang Melayu, tetapi tidak selalu penduduk asli) dibandingkan
dengan kelompok suku lainnya—diluncurkan oleh Perdana Menteri Abdul Razak. Malaysia sejak saat itu memelihara
kesetimbangan politik kesukuan yang lunak, dengan sistem pemerintahan yang
memadukan pertumbuhan ekonomi dengan kebijakan ekonomi dan politik yang
menyokong keikutsertaan yang pantas dari semua ras.
Di antara
tahun 1980-an dan pertengahan 1990-an, Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi
yang berarti di bawah kepemimpinan perdana menteri keempat, Dr. Mahathir Mohamad. Pada periode ini Malaysia
mengalami lompatan dari ekonomi berbasis pertanian ke ekonomi berbasis
manufaktur dan industri (terutama bidang komputer dan elektronika rumahan).
Pada periode ini juga, bentang darat Malaysia berubah dengan tumbuhnya beraneka
mega-projek. Projek paling terkemuka adalah Menara Kembar Petronas
(sempat menjadi gedung tertinggi di dunia), Bandar Udara Internasional Kuala
Lumpur (KLIA), Jalan Tol Utara-Selatan, Sirkuit F1 Sepang,
Multimedia Super Corridor (MSC), bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air Bakun,
dan Putrajaya, pusat pemerintahan persekutuan baru.
Pada
penghujung 1990-an, Malaysia diguncang oleh Krisis finansial Asia
1997, juga tidak stabilnya politik yang disebabkan oleh penahanan Wakil Perdana
Menteri Dato' Seri Anwar Ibrahim. Terdapat pula
tentangan dari kaum sosialis dan reformis,
sampai kepada upaya pembentukan negara Islam. Pada 2003, Dr Mahathir, perdana
menteri Malaysia yang paling lama menjabat, mundur dan digantikan oleh
wakilnya, Abdullah Ahmad Badawi.
Pemerintahan baru mengadvokasikan pandangan moderat negara Islam yang
didefinisikan oleh Islam Hadhari. Pada November 2007,
Malaysia digoyang oleh dua unjuk rasa anti-pemerintah. Unjuk rasa Bersih 2007
sejumlah 40.000 orang dilaksanakan di Kuala Lumpur pada 10 November
menganjurkan reformasi daerah pemilihan. Itu dipicu oleh dugaan-dugaan korupsi
dan ketidaksesuaian di dalam sistem pemilihan di Malaysia yang condong kepada
partai politik yang sedang berkuasa, Barisan Nasional, yang selalu memerintah Malaysia
sejak kemerdekaan 1957. Unjuk rasa lainnya dilakukan pada 25 November di
ibukota Malaysia dan dipimpin oleh HINDRAF.
Penggerak unjuk rasa ini, Hindu Rights Action Force, melakukan protes berkenaan
kebijakan yang timpang, mengutamakan Suku Melayu. Jumlah peserta ditaksir
antara 5.000 sampai 30.000. Di kedua-dua kasus itu, pemerintah dan kepolisian
berupaya menangani dan mencegah penculikan dari tempat kejadian. Pada 16
Oktober 2008, HINDRAF dilarang karena pemerintah mengecap kumpulan yang tidak
berdaftar itu sebagai "ancaman bagi keamanan nasional" karena
berusaha mendapatkan bantuan dan dukungan dari kelompok teroris.
2.1.2
Politik dan Pemerintahan
Federasi Malaysia adalah sebuah monarki konstitusional.
Kepala negara persekutuan Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong,
biasa disebut Raja Malaysia. Yang di-Pertuan Agong dipilih dari dan oleh
sembilan Sultan
Negeri-Negeri
Malaya, untuk menjabat selama lima tahun secara bergiliran; empat
pemimpin negeri lainnya, yang bergelar Gubernur, tidak turut serta di dalam
pemilihan.
Sistem pemerintahan di Malaysia bermodelkan sistem parlementer
Westminster,
warisan Penguasa Kolonial Britania. Tetapi
di dalam praktiknya, kekuasaan lebih terpusat di eksekutif daripada di
legislatif, dan judikatif diperlemah oleh tekanan berkelanjutan dari pemerintah
selama zaman Mahathir, kekuasaan judikatif itu dibagikan antara pemerintah
persekutuan dan pemerintah negara bagian. Sejak kemerdekaan pada
1957, Malaysia diperintah oleh koalisi multipartai yang disebut Barisan Nasional (pernah disebut pula Aliansi).
Kekuasaan legislatur dibagi antara legislatur persekutuan
dan legislatur negeri. Parlemen
bikameral terdiri dari dewan rendah,
Dewan Rakyat (mirip "Dewan Perwakilan
Rakyat" di Indonesia) dan dewan tinggi,
Senat atau Dewan Negara
(mirip "Dewan Perwakilan Daerah" di Indonesia). 222 anggota Dewan
Rakyat dipilih dari daerah pemilihan beranggota-tunggal yang diatur berdasarkan
jumlah penduduk untuk masa jabatan terlama 5 tahun. 70 Senator bertugas untuk
masa jabatan 3 tahun; 26 di antaranya dipilih oleh 13 majelis negara bagian
(masing-masing mengirimkan dua utusan), dua mewakili wilayah persekutuan Kuala Lumpur, masing-masing satu mewakili wilayah
persekutuan Labuan dan Putrajaya, dan 40 diangkat oleh raja atas nasihat
perdana menteri. Di samping Parlemen di tingkatan persekutuan, masing-masing
negara bagian memiliki dewan legislatif unikameral (Dewan Undangan Negeri) yang
para anggotanya dipilih dari daerah-daerah pemilihan beranggota-tunggal. Pemilihan umum parlemen dilakukan paling sedikit
lima tahun sekali, dengan pemilihan umum terakhir pada Maret 2008. Pemilih
terdaftar berusia 21 tahun ke atas dapat memberikan suaranya kepada calon
anggota Dewan Rakyat dan calon anggota dewan legislatif negara bagian juga, di
beberapa negara bagian. Voting tidak diwajibkan.
Kekuasaan eksekutif dilaksanakan oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri;
konstitusi
Malaysia menetapkan bahwa perdana menteri haruslah anggota dewan rendah (Dewan Rakyat), yang direstui Yang di-Pertuan Agong
dan mendapat dukungan majoritas di dalam parlemen. Kabinet dipilih dari para anggota Dewan
Rakyat dan Dewan Negara dan bertanggung jawab kepada badan itu. sedangkan kabinet merupakan anggota parlemen
yang dipilih dari Dewan Rakyat atau Dewan Negara.
Pemerintah
negara bagian dipimpin oleh Menteri Besar
di negeri-negeri Malaya atau Ketua Menteri di negara-negara yang tidak
memelihara monarki lokal, yakni seorang anggota majelis negara bagian dari
partai majoritas di dalam Dewan Undangan Negeri. Di tiap-tiap negara bagian
yang memelihara monarki lokal, Menteri Besar haruslah seorang Suku Melayu Muslim,
meskipun penguasa ini menjadi subjek kebijaksanaan para penguasa. Kekuasaan
politik di Malaysia amat penting untuk memperjuangkan suatu isu dan hak. Oleh
karena itu kekuasaan memainkan peranan yang amat penting dalam melakukan
perubahan.
2.1.3
Pembagian Administratif
Secara
administratif, Malaysia memiliki 13 negara bagian (11 di Malaysia Barat dan 2
di Malaysia Timur) dan 3 wilayah persekutuan (semua tiga wilayah persekutuan
digabungkan menjadi satu dalam bendera Malaysia) yang dilambangkan
sebagai empat belas jalur dan sudut bintang di Bendera Malaysia yang dinamakan "Jalur
Gemilang":
Ø Malaysia Barat
(Semenanjung)
Ø Malaysia Timur
Ø Kota-kota Besar
2.1.4
Geografi
Malaysia
adalah negara
berpenduduk terbanyak ke-43 dan negara dengan
daratan terluas ke-66 di dunia, dengan jumlah penduduk kira-kira 27
juta dan luas wilayah melebihi 320.000 km2. Jumlah penduduk
sedemikian cukup sebanding dengan jumlah penduduk Arab Saudi dan Venezuela, dan luas wilayah sedemikian sebanding
dengan luas wilayah Norwegia dan Vietnam, atau New Mexico, sebuah negara
bagian di Amerika Serikat.
Malaysia
terdiri atas dua kawasan utama yang terpisah oleh Laut Cina Selatan. Keduanya memiliki bentuk muka
bumi yang hampir sama, yaitu dari pinggir laut yang landai hingga hutan lebat
dan bukit tinggi. Puncak tertinggi di Malaysia (dan juga di Kalimantan) yaitu Gunung Kinabalu setinggi 4.095,2 meter di Sabah.
Iklim lokal adalah khatulistiwa
dan dicirikan oleh angin muson barat daya (April hingga
Oktober) dan timur laut (Oktober hingga Februari).
Tanjung Piai, terletak di selatan negara bagian Johor,
adalah tanjung paling selatan benua Asia. Selat Malaka, terletak di antara Sumatera dan Semenanjung Malaysia, jalur pelayaran
terpenting di dunia.
Kuala Lumpur adalah ibukota resmi dan kota
terbesar di Malaysia. Putrajaya di pihak lain, dipandang
sebagai ibukota administratif pemerintahan persekutuan Malaysia. Meskipun
banyak cabang eksekutif dan judikatif pemerintahan persekutuan telah pindah ke
sana (untuk menghindari kemacetan yang tumbuh di Kuala Lumpur), tetapi Kuala
Lumpur masih dipandang sebagai ibukota legislatif Malaysia karena di sanalah
beradanya kompleks gedung Parlemen Malaysia. Kuala Lumpur juga merupakan
pusat perdagangan dan keuangan Malaysia.
Kota utama
lain termasuk Ipoh, George Town, Johor Bahru, Kuching, Kota Kinabalu, Miri, Alor Star, Kota Melaka, dan Petaling Jaya.
2.1.5
Sumber daya alam
Malaysia
diberkati dengan sumber daya alam semisal sektor pertanian, kehutanan, dan pertambangan. Di sektor pertanian, Malaysia adalah
salah satu pengekspor terbesar karet alam dan minyak sawit, yang bersama-sama dengan damar
dan kayu gelondongan, kakao, lada, nenas, dan tembakau mendominasi pertumbuhan sektor itu. Minyak sawit juga merupakan pembangkit utama
perdagangan internasional Malaysia.
Tentang
sumber daya hutan, diketahui bahwa usaha penggelondongan dimulai untuk membuat
kontribusi berarti bagi ekonomi Malaysia pada abad ke-19.
Kini, ditaksir 59% daratan Malaysia masih berupa hutan. Perluasan industri
damar yang cepat, khususnya setelah era 1960-an, telah menghasilkan masalah erosi
di hutan-hutan negara ini. Tetapi, dengan adanya komitmen pemerintah untuk
melindungi lingkungan dan sistem ekologi, sumber daya hutan dikelola pada landasan
yang berkelanjutan, dampak ikutannya adalah menurunnya laju penebangan pohon.
Sebagai tambahan, sejumlah wilayah yang
substansial diperlakukan sebagai hutan produksi (silvikultur) dan upaya penghutanan kembali terhadap lahan
hutan sudah dilakukan. Pemerintah Malaysia merencanakan pengayaan tanah
seluas 312,30 kilometer persegi dengan rotan
di bawah kondisi hutan alami dan di sela-sela tanaman karet alami sebagai
komoditas panen perantara. Untuk terus memperkaya sumber-sumber hutan, spesies damar yang cepat-tumbuh seperti meranti
tembaga, merawan dan sesenduk juga ditanam. Pada saat yang
sama, penuaian pohon-pohon berharga tinggi seperti jati
dan pohon lainnya untuk dijadikan pulp dan kertas
juga dianjurkan. Karet, pernah menjadi arus utama ekonomi Malaysia,
kini digantikan oleh minyak sawit sebagai komoditas ekspor utama pertanian Malaysia.
Timah
dan minyak bumi adalah dua sumber daya mineral utama
yang menjadi penyokong ekonomi utama Malaysia. Malaysia pernah menjadi
penghasil timah terbesar di dunia hingga runtuhnya pasar timah di permulaan
tahun 1980-an. Pada abad ke-19 dan ke-20, timah memainkan peran dominan di
dalam ekonomi Malaysia. Pada 1972 minyak bumi dan gas alam mengambil alih timah sebagai komoditas
utama sektor pemurnian mineral. Sementara itu, kontribusi timah semakin
menurun. Penemuan minyak bumi dan gas alam di ladang minyak lepas pantai Sabah, Sarawak, dan
Terengganu memiliki sumbangan penting bagi ekonomi Malaysia. Mineral lain
menurut tingkat kepentingan dan keberartiannya adalah tembaga, bauksit, besi,
dan batu bara bersama-sama dengan mineral industri
seperti tanah liat, kaolin,
silika,
batu gamping,
barit,
fosfat, dan bebatuan dimensi seperti granit
juga blok dan lempengan marmer. Sejumlah emas
dengan kadar minimalis juga diproduksi.
Pada 2004,
seorang menteri di Departemen Perdana Menteri, Mustapa Mohamed,
menyatakan bahwa cadangan minyak bumi Malaysia berada pada
kisaran 4.84 milyar barel, sedangkan cadangan gas alam bertambah menjadi 89
triliun kaki kubik
(2,500 km³). Pada 1 Januari 2007, Petronas melaporkan bahwa cadangan minyak dan gas
di Malaysia berkisar pada ekuivalensi 20.18 milyar barel.
Pemerintah
menaksir bahwa pada laju produksi terkini, Malaysia akan mampu
menghasilkan minyak sampai 18 tahun dan gas
sampai 35 tahun ke muka. Pada 2004, Malaysia menduduki peringkat
ke-24 menurut cadangan minyak dunia dan ke-13 menurut cadangan gas. 56% dari
cadangan minyak ada di Semenanjung sedangkan 19% di Malaysia Timur. Tiap-tiap
negara bagian memelihara hak untuk menguasai sumber-sumber daya alam di dalam
wilayahnya. Tetapi, pemerintah persekutuan menguasai minyak dan gas. Negara
bagian yang memiliki minyak dan gas diberi royalti.
2.1.6
Demografi
Penduduk
Malaysia terdiri dari berbagai kelompok suku, dengan Suku Melayu sejumlah 50,4% menjadi ras terbesar
dan bumiputra/suku asli (aborigin) di Sabah
dan Sarawak sejumlah 11% keseluruhan penduduk. Menurut definisi
konstitusi Malaysia, orang Melayu adalah Muslim,
menggunakan Bahasa Melayu, yang menjalankan adat
dan budaya Melayu. Oleh karena itu, secara teknis, seorang Muslim dari ras
manapun yang menjalankan kebiasaan dan budaya Melayu dapat dipandang sebagai
Melayu dan memiliki hak yang sama ketika berhadapan dengan hak-hak istimewa
Melayu seperti yang dinyatakan di dalam konstitusi. Melebihi separo bagian dari
keseluruhan penduduk, bumiputra non-melayu menjadi kelompok dominan di negara
bagian Sarawak (30%-nya adalah Iban), dan mendekati 60% penduduk
Sabah (18%-nya adalah Kadazan-Dusun, dan 17%nya adalah Bajaus).
Bumiputra non-Melayu itu terbagi atas puluhan kumpulan ras tetapi memiliki
budaya umum yang sama. Hingga abad ke-20, kebanyakan dari mereka mengamalkan
kepercayaan tradisional tetapi kini telah banyak yang sudah memeluk Kristen atau Islam.
Masuknya ras lain sedikit banyak mengurangi persentase penduduk pribumi di
kedua negara bagian itu. Juga terdapat kelompok aborigin dengan jumlah sedikit di Semenanjung,
mereka biasa disebut Orang Asli.
23,7%
penduduk adalah Tionghoa-Malaysia, sedangkan India-Malaysia
sebanyak 7,1% penduduk. Sebagian besar komunitas India adalah Tamil
(85%), tetapi berbagai kelompok lainnya juga ada, termasuk Malayalam,
Punjab, dan Gujarat. Sebagian lagi penduduk Malaysia berdarah
campuran Timur Tengah, Thailand, dan Indonesia. Keturunan Eropa
dan Eurasia termasuk Britania yang menetap di Malaysia
sejak zaman kolonial, dan komunitas Kristang
yang kuat di Melaka. Sejumlah kecil orang Khmer
dan Vietnam menetap di Malaysia sebagai pengungsi Perang Vietnam.
Sebaran
penduduk sangat tidak merata, dengan lebih dari 17 juta penduduk menetap di Malaysia Barat, sedangkan tidak lebih dari 7 juta
menetap di Malaysia Timur. Karena tumbuhnya
industri padat tenaga kerja, Malaysia memiliki 10% sampai 20% pekerja imigran
dengan besarnya ketidakpastian jumlah pekerja ilegal, terutama asal Indonesia. Terdapat sejuta pekerja imigran yang
legal dan mungkin orang asing ilegal lainnya. Negara bagian Sabah sendiri
memiliki hampir 25% dari 2,7 juta penduduknya terdaftar sebagai pekerja imigran
ilegal menurut sensus terakhir. Tetapi, gambaran 25% ini diduga kurang dari
setengah gambaran yang diperkirakan oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat.
Sebagai tambahan,
menurut World Refugee Survey 2008, yang diterbitkan oleh Komisi
Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat, Malaysia menampung pengungsi dan pencari
suaka mendekati angka 155.700. Dari jumlah ini, hampir 70.500 pengungsi dan
pencari suaka berasal dari Filipina, 69.700 dari Myanmar, dan 21.800 dari Indonesia. Komisi Pengungsi dan Imigran Amerika Serikat
menamai Malaysia sebagai salah satu dari sepuluh tempat terburuk bagi pengungsi
karena adanya praktik diskriminasi negara kepada pengungsi. Petugas Malaysia
dilaporkan memulangkan pendatang secara langsung kepada penyelundup manusia
pada 2007, dan Malaysia menugaskan RELA, milisi sukarelawan, untuk menegakkan
undang-undang imigrasi negara itu.
2.1.7
Agama
Malaysia
adalah masyarakat multi-agama dan Islam adalah agama resminya. Menurut
gambaran Sensus Penduduk dan Perumahan 2000, hampir 60,4 persen penduduk
memeluk agama Islam; 19,2 persen Buddha; 9,1 persen Kristen; 6,3 persen Hindu;
dan 2,6 persen Agama Tionghoa
tradisional. Sisanya dianggap memeluk agama lain, misalnya Animisme, Agama rakyat,
Sikh,
dan keyakinan lain; sedangkan 1,1% dilaporkan tidak beragama atau tidak
memberikan informasi. Semua orang Melayu dipandang Muslim (100%)
seperti yang didefinisi pada Pasal 160 Konstitusi Malaysia.[76] Statistik tambahan dari Sensus 2000
yang menunjukkan bahwa Tionghoa-Malaysia sebagian besar
memeluk agama Buddha (75,9%), dengan sejumlah signifikan mengikuti ajaran Tao
(10,6%) dan Kristen (9,6%). Sebagian besar orang India-Malaysia
mengikuti Hindu (84,5%), dengan sejumlah kecil mengikuti Kristen (7,7%) dan
Muslim (3,8%). Kristen adalah agama dominan bagi komunitas non-Melayu bumiputra (50,1%) dengan tambahan 36,3% diketahui
sebagai Muslim dan 7,3% digolongkan secara resmi sebagai pengikut agama rakyat.
Konstitusi
Malaysia secara teoretik menjamin kebebasan beragama.
Tambahan lagi, semua non-Muslim yang menikahi Muslim
harus meninggalkan agama mereka dan beralih kepada Islam. Sementara, kaum
non-Muslim mengalami berbagai batasan di dalam kegiatan-kegiatan keagamaan
mereka, seperti pembangunan sarana ibadah dan perayaan upacara keagamaan di
beberapa negara bagian. Muslim dituntut mengikuti keputusan-keputusan Mahkamah Syariah ketika mereka berkenaan dengan agama
mereka. Jurisdiksi Mahkamah Syariah dibatasi hanya bagi Muslim menyangkut
Keyakinan dan Kewajiban sebagai Muslim, termasuk di antaranya pernikahan,
warisan, kemurtadan,
dan hubungan internal sesama umat. Tidak ada pelanggaran perdata atau pidana
berada di bawah jurisdiksi Mahkamah Syariah, yang memiliki hierarki yang sama
dengan Pengadilan Sipil
Malaysia. Meskipun menjadi pengadilan tertinggi di negara itu,
Pengadilan-Pengadilan Sipil (termasuk Pengadilan Persekutuan, pengadilan
tertinggi di Malaysia) pada prinsipnya tidak dapat memberikan putusan lebih
tinggi daripada yang dibuat oleh Mahkamah Syariah; dan biasanya mereka segan
untuk memimpin kasus-kasus yang melibatkan Islam di dalam wilayah atau
pertanyaan atau tantangan terhadap autoritas Mahkamah Syariah. Hal ini
menyebabkan masalah-masalah yang cukup mengemuka, khususnya yang melibatkan
kasus-kasus perdata di antara Muslim dan non-Muslim, di mana pengadilan sipil
telah memerintahkan non-Muslim untuk mencari pertolongan dari Mahkamah Syariah.
Awal tahun 2010
dalam putusan Pengadilan Tinggi yang memutuskan
mengizinkan surat kabar Katolik the Herald untuk menggunakan kata Allah
untuk Tuhan telah memicu dibakarnya lebih dari 4 bangunan gereja dan
beberapa lainnya dirusak massa di Kuala Lumpur ibu kota Malaysia.
2.1.8
Sekilas Pendidikan di Malaysia
Pendidikan di
Malaysia dipantau oleh Kementerian Pendidikan Pemerintah Persekutuan.
Sebagian
besar anak-anak Malaysia mulai bersekolah pada usia tiga sampai enam tahun, di Taman Kanak-Kanak. Sebagian besar taman
kanak-kanak dijalankan pihak swasta, tetapi ada sedikit taman kanak-kanak yang
dijalankan pemerintah.
Anak-anak
mulai bersekolah dasar pada usia tujuh tahun selama enam tahun ke muka.
Terdapat dua jenis utama sekolah dasar yang dijalankan atau berbantuan
pemerintah. Sekolah berbahasa asli (Sekolah Jenis Kebangsaan)
menggunakan bahasa Tionghoa atau bahasa Tamil sebagai bahasa pengantar. Sebelum
melanjutkan ke tahap pendidikan sekunder, siswa-siswi di kelas 6 dipersyaratkan
untuk mengikuti Ujian Prestasi Sekolah Dasar (Ujian Pencapaian
Sekolah Rendah, UPSR). Sebuah program yang disebut Penilaian
Tahap Satu, PTS digunakan untuk mengukur kemampuan siswa-siswi yang cerdas,
dan memungkinkan mereka naik dari kelas 3 ke kelas 5, meloncati kelas 4.
Tetapi, program ini dihapus pada 2001.
Pendidikan
tahap dua di Malaysia dilaksanakan di dalam Sekolah Menengah Kebangsaan
(setara SMP+SMA di
Indonesia) selama lima tahun. Sekolah Menengah Kebangsaan menggunakan bahasa
Malaysia sebagai bahasa pengantar. Khusus mata pelajaran Matematika dan Sains
juga bahasa non-Melayu, ini berlaku mulai tahun 2003, dan sebelum itu semua
pelajaran non-bahasa diajarkan di dalam bahasa Malaysia. Di akhir Form Three,
yaitu kelas tiga, siswa-siswi diuji di dalam Penilaian Menengah Rendah, PMR. Di kelas lima
pendidikan tahap dua (Form Five), siswa-siswi mengikuti ujian Ijazah
Pendidikan Malaysia (Sijil Pelajaran Malaysia,
SPM), yang setara dengan bekas British Ordinary pada tahapan 'O'.
Sekolah tertua di Malaysia adalah Penang Free
School, juga sekolah tertua di Asia Tenggara.
Pendidikan
tahap dua nasional Malaysia dibagi ke dalam beberapa jenis, yaitu National Secondary
School (Sekolah Menengah Kebangsaan), Religious
Secondary School (Sekolah Menengah
Agama), National-Type Secondary School (Sekolah Menengah Jenis Kebangsaan) yang juga
disebut Mission School (Sekolah Dakwah),
Technical School (Sekolah Menengah Teknik),
Sekolah Berasrama Penuh, dan MARA Junior
Science College (Maktab Rendah Sains MARA).
Juga terdapat
60 Chinese Independent High School di Malaysia, yang
sebagian besar di antaranya berbahasa pengantar bahasa Tionghoa. Chinese Independent High
School dipantau dan distandardisasi oleh United Chinese School
Committees' Association of Malaysia (UCSCAM, lebih lazim disebut di dalam
bahasa Tionghoa, Dong Zong), tetapi, tidak seperti sekolah pemerintah,
tiap-tiap sekolah independen bebas menentukan keputusan. Belajar di sekolah
independen memerlukan waktu 6 tahun untuk tamat, terbagi ke dalam Tahap Junior
(3 tahun) dan Tahap Senior (3 tahun). Siswa-siswi akan mengikuti uji
standardisasi yang diadakan oleh UCSCAM, yang dikenal sebagai Unified
Examination Certificate (UEC) (Ijazah Pengujian Bersama) di Menengah Junior
3 (setara Penilaian Menengah Rendah) dan Menengah Senior 3 (setara tahap A).
Sejumlah sekolah independen mengadakan kelas-kelas berbahasa Malaysia dan
berbahasa Inggris selain berbahasa Tionghoa, memungkinkan siswa-siswi mengikuti
Penilaian Menengah Rendah dan Sijil Pelajaran Malaysia juga.
Sebelum
perkenalan sistem matrikulasi,
siswa-siswi yang hendak memasuki universitas publik harus menyelesaikan 18
bulan tambahan sekolah sekunder di Form Six (kelas 6) dan mengikuti Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia, STPM; yang
setara British Advanced atau tahap 'A'. Karena perkenalan program
matrikulasi sebagai alternatif bagi STPM pada 1999, siswa-siswi yang menamatkan
program 12 bulan di perkuliahan matrikulasi (kolej matrikulasi di dalam bahasa Malaysia)
dapat mendaftar di universitas lokal. Tetapi, di dalam sistem matrikulasi,
hanya 10% dari bangku yang tersedia bagi siswa-siswi non-Bumiputra dan sisanya
untuk siswa-siswi Bumiputra.
Terdapat
universitas publik seperti Universitas Malaya,
Universitas Sains
Malaysia, Universitas Putra
Malaysia Universitas
Teknologi Malaysia, Universitas Teknologi
Mara, dan Universitas Kebangsaan
Malaysia. Universitas swasta juga mendapatkan reputasi yang cukup
untuk pendidikan bermutu internasional dan banyak siswa-siswi dari seluruh
dunia berminat memasuki universitas-universitas itu. Misalnya Multimedia
University, Universitas
Teknologi Petronas, dan lain-lain. Sebagai tambahan, empat
universitas bereputasi internasional telah membuka kampus cabangnya di Malaysia
sejak 1998. Sebuah kampus cabang dapat dilihat sebagai ‘kampus lepas pantai’
dari universitas asing, yang memberikan kuliah dan penghargaan yang sama
seperti kampus utamanya. Siswa-siswi lokal maupun internasional dapat meraih
kualifikasi asing identik ini di Malaysia dengan biaya rendah. Kampus cabang
universitas asing di Malaysia adalah: Monash University Malaysia Campus, Curtin University of Technology Sarawak Campus, Swinburne University of Technology Sarawak Campus,
dan University of Nottingham Malaysia Campus.
Siswa-siswi
juga memiliki opsi untuk mendaftar di lembaga tersier swasta setelah menamatkan
pendidikan sekunder. Sebagian besar lembaga memiliki pranala pendidikan dengan universitas-universitas
seberang lautan semisal di Amerika Serikat, Britania Raya, dan Australia, memungkinkan mahasiswa menghabiskan
periode perkuliahannya dengan mendapatkan kualifikasi seberang lautan. Satu
contoh adalah SEGi College yang bermitra dengan University of Abertay Dundee. Mahasiswa Malaysia
belajar di luar negara seperti di Indonesia, Britania Raya, Amerika Serikat,
Australia, Selandia Baru, Kanada,
Singapura, Jepang dan negara-negara di
Timur-Tengah seperti Yordania dan Mesir.
Ada juga mahasiswa Malaysia di beberapa universitas di Korea Selatan, Jerman,
Perancis, Republik Rakyat Tiongkok,
Irlandia, India,
Rusia, Polandia, dan Republik Ceko.
Sebagai
tambahan untuk Kurikulum Nasional Malaysia, Malaysia memiliki sekolah internasional.
Sekolah internasional memberi para siswa kesempatan untuk mempelajari kurikulum
dari negara lain. Sekolah-sekolah ini utamanya dibuka karena bertambahnya
penduduk ekspatriat di negara ini. Sekolat internasional termasuk: Sekolah Indonesia
(kurikulum Indonesia), Australian International School, Malaysia
(kurikulum Australia), Alice Smith
School (kurikulum Britania), elc International school (kurikulum Britania), Garden International School (kurikulum Britania),
Lodge International School (kurikulum Britania), International School of Kuala Lumpur (kurikulum
Amerika dan Sarjana Muda Internasional), Japanese School of Kuala Lumpur
(Kurikulum Jepang), The Chinese Taipei School, Kuala Lumpur and The Chinese
Taipei School, Penang (Kurikulum Cina-Taipei), International School of Penang
(Kurikulum Britania dan Sarjana Muda Internasional), Lycée Français
de Kuala Lumpur (Kurikulum Perancis), dan lain-lain.
2.2 Pendidikan Awal di
Malaysia
Setelah
diuraikan mengenai profil negara Malaysia pada bab sebelumnya, dan setelah ada gambaran
mengenai bagaimanakah sebenarnya Negara Malaysia itu. Lalu melangkah pada
pembahasan pendidikan di Malaysia, tentu saja terlebih dahulu adalah awal dari
pendidikan Yang ada di Malaysia. Titik fokus dalam bab ini lebih menunjukkan
pendidikan pada masa sebelum kedatangan British atau Inggris di tanah Malaysia
(sebelum 1824).
Pada zaman ini pada umumnya merupakan pendidikan yang
tidak menekankan soal formal. Penekanan hanyalah kepada pengajaran kitab suci
Al-Quran, tingkah laku dan akhlak yang baik, pengetahuan dan juga sifat
kerohanian.
Terdapat juga sebilangan pelajar yang mempelajari pendidikan agama di sekolah-sekolah
pondok yang ditubuhkan oleh para ulama Islam yang terkenal pada zaman tersebut.
Sekolah-sekolah jenis ini masih boleh dilihat sekarang di negeri-negeri seperti
Kelantan, Terengganu dan Kedah.
Pada awalnya
pendidikan tradisi ini mempunyai kurikulum yang terlalu sempit kerana pelajaran
adalah terhad kepada teks Al-Quran sahaja. Namun, kelebihan yang boleh
diperolehi daripada aspek pengajaran sebegini ialah ia telah berjaya mewujudkan
ramai tokoh agama yang bukan sahaja terkenal dalam bidang agama, tetapi juga
mempunyai tahap etika yang amat tinggi.
2.3
Perkembangan Pendidikan Negara Malaysia
Perkembanga
pendidikan negara Malaysia yang dimaksud adalah keadaan pendidikan Malaysia
pada masa setelah masuknya British. Mengapa demikian karena dalam anggapan kita
yang namanya pendidikan awal berarti suatu sistem pendidikan yang asli dibuat
suatu bangsa. Dan apabila kita bahas mengenai perkembangan pendidikan Malaysia
sama artinya bahwa kita membahas mengenai pendidikan Malaysia setelah mendapat
campur tangan dari bangsa lain yaitu Inggris atau British sampai sekarang. Dan berikut adalah uraian mengenai
perkembagan pendidikan di Malaysia atau bisa dikatakan sebagai sejarah
perjalanan pendidikan di Malaysia.
2.3.1
Sistem dan Struktur Pendidikan Semasa Penjajahan British (1786-1956)
Tempoh
pertama (1784-1941)
·
Perkembangan Sekolah Vernakular Melayu (1786-1941)
Pada zaman ini, kerajaan British telah mulai mengambil
perhatian terhadap pendidikan di negeri-negeri Selat. Blundell (Gabenor negeri
Selat) telah mencadangkan supaya ditubuhkan sekolah-sekolah Vernakular Melayu
di negeri-negeri Selat dengan bantuan kerajaan British. Pada tahun 1856,
Blundell dengan bantuan kewangan daripada DYMM Temenggung Johor telah
menubuhkan dua buah sekolah Vernakular Melayu di Singapura. Selepas itu, pada
tahun 1858 hingga 1863, kerajaan British telah menumbuhkan beberapa buah
sekolah Melayu di Pulau Pinang dan Melaka.
Mata pelajaran-mata pelajaran yang biasa diaplikasikan di
sekolah-sekolah Vernakular ialah Bacaan, Mengarang, Ejaan, Menulis, Ilmu Hisab,
Latihan Jasmani dan Ilmu Alam. Gerakan bimbingan juga mula dikembangkan di
Tanah Melayu ketika ini. Pejabat Pelajaran Negeri-negeri Selat dan
Negeri-negeri Tanah Melayu Bersekutu mengeluarkan “A Guide To Careers In
Malaya For Parents, Teachers and Pupils”. Buku tersebut mengandungi
analisis senarai kerja yang terdapat di dalam perkhidmatan kerajaan.
Pada awal kurun ke-20, mata pelajaran Perkebunan dan
Anyaman telah ditambah ke dalam kurikulum sekolah. Murid-murid akan memasuki
Darjah I hingga Darjah IV. Selepas itu, hanya sebilangan kecil pelajar sahaja
yang berpeluang melanjutkan pelajaran ke Special Malay Class, di mana
mereka dapat meneruskan persekolahan di sekolah Inggeris kelak.
·
Perkembangan Sekolah Vernakular Cina
Sekolah Vernakular Cina yang pertama telah didirikan oleh
Persatuan Mubaligh London di negeri Melaka pada tahun 1815, dan kemudiannya di
Singapura pada tahun 1819. Pada tahun 1900, dua orang menteri dan pendidik dari
negeri China, Kang You Wei dan Liang Qi Chau telah mendirikan sekolah
Vernakular Cina dan menggabungkan pengajaran Confucious dengan pengajaran sains
Barat. Kurikulum yang diperkenalkan adalah berorientasikan kepada negara China.
Sesetengah sekolah dijadikan pusat untuk menyebarkan sentimen anti British.
Pentadbiran Inggeris kemudiannya telah mengawal segala aktiviti sekolah dan
kurikulumnya menjadi bertambah baik.
·
Perkembangan
Sekolah Vernakular Tamil
Perkembangan sekolah Vernakular Tamil bermula semasa
perkembangan ladang getah, kelapa sawit, kopi dan gula di Tanah Melayu.
Terdapat ramai buruh dari negara India telah diambil untuk bekerja di
estet-estet. Pendidikan dalam bahasa Tamil diberi di salah sebuah sekolah
cawangan Singapore Free School mulai tahun 1834. Kumpulan-kumpulan mubaligh
Kristian banyak memberi sumbangan kepada perkembangan pendidikan formal dalam
bahasa Tamil pada peringkat awalnya. Sehingga tahun 1938, terdapat 13 buah
sekolah Tamil kerajaan, 511 buah sekolah estet, 23 buah sekolah mubaligh dan 60
buah sekolah Tamil swasta di seluruh Semenanjung Tanah Melayu. Sepertimana
sekolah Vernakular Melayu, sekolah-sekolah Vernakular Tamil terhad pada
peringkat rendah sahaja dan seperti sekolah-sekolah Cina, kurikulum
sekolah-sekolah Tamil berorientasikan negara asal mereka, India. Buku-buku dan
tenaga pengajar dibawa dari Sri Lanka dan India.
·
Perkembangan
Sekolah Inggeris
Pada peringkat awal, kebanyakan sekolah Inggeris
didirikan daripada hasil usaha kaum mubaligh Kristian. Pada tahun 1816, Penang
Free School telah ditubuhkan dan mempunyai beberapa matlamat seperti berikut:
1. untuk semua bangsa;
2. mendidik supaya berdisiplin, berkelakuan baik dan rajin;
3. ibu bapa yang berkemampuan dikehendaki membayar yuran
sekolah dengan kadar berpatutan;
4. murid akan belajar membaca dan menulis Bahasa Inggeris
dan mempelajari Ilmu Kira-kira;
5. murid Melayu akan diajar Bahasa Melayu;
6. rancangan yang sama diadakan juga untuk bangsa lain;
7. murid akan diajar tentang pekerjaan seperti pertukangan
menjahit dan lain-lain;
8. diajar supaya menghormati ibu bapa dan agama Kristian.
Pada tahun 1826, Melaka Free School ditubuhkan serta
disusuli dengan penubuhan Victoria Insitute pada tahun 1893, Sekolah King
Edward VII di Taiping pada tahun 1906. Pada awal kurun ke-20, semua Free School
telah diambil alih oleh kerajaan. Pada tahun 1905 pula, sebuah sekolah Melayu
iaitu Malay College Kuala Kangsar ditubuhkan khas untuk anak-anak Melayu
peringkat atasan.
Tempoh Kedua (1946-1957)
·
Sistem
dan Struktur Pendidikan Sebelum Merdeka
Pihak Jepun telah menakluki Tanah Melayu pada tahun 1941
sehingga tahun 1945. Pada zaman ini, kebanyakan sekolah diajar dalam bahasa
Jepun.
Selepas kekalahan pihak Jepun ke atas pihak Inggeris,
kurikulum asal telah diaplikasikan semula. Walau bagaimanapun, beberapa laporan
cadangan terhadap kurikulum baru telah digubal. Laporan-laporan yang
dimaksudkan ialah Laporan Barnes 1951, Laporan Fenn-Wu 1951, Ordinan Pelajaran,
Dasar Pelajaran Kebangsaan dan Laporan Razak 1956.
Di antara cadangan yang telah dikemukakan ialah menuntut
kerajaan supaya menyediakan kemudahan-kemudahan pelajaran dan pembelajaran
serta menyediakan guru-guru terlatih di sekolah-sekolah. Guru-guru ini
merangkumi mereka yang mempunyai rekod penilaian yang baik serta mempunyai
etika pengajaran yang boleh dicontohi oleh para pelajar.
·
Sistem
Pendidikan Awal Kemerdekaan (1957-1969)
Sistem pendidikan pada zaman ini masih berorientasikan
sistem yang telah tercatat di dalam Laporan Razak. Pada tahun 1959, cawangan
Universiti Malaya telah ditubuhkan di Kuala Lumpur. Kursus-kursus yang
ditawarkan ialah Kejuruteraan, Sastera dan Sains. Pada tahun ini juga Laporan
Rahman Talib diwujudkan iaitu pada tahun 1960.
·
Sistem
Pendidikan Kebangsaan selepas 1969
Dalam jangka waktu ini, ideologi negara bagi sistem
pendidikan adalah Rukun Negara dan tumpuannya adalah sejajar dengan pembangunan
negara. Aspek yang sangat penting dalam pendidikan iaitu berkaitan dengan etika
turut ditekankan dalam Rukun Negara, iaitu ‘Kesopanan dan Kesusilaan’. Aspek
ini sering diaplikasikan dalam banyak mata pelajaran yang diajar di
sekolah-sekolah bagi mewujudkan para pelajar yang tinggi moral dan etika
mereka.
·
Perkembangan
Sistem Pendidikan Kebangsaan Selepas 1979
Jawatan kuasa Kabinet Mengkaji Pelaksanaan Dasar
Pelajaran ditubuhkan pada bulan September 1974 untuk mengkaji pelaksanaan
sistem pelajaran kebangsaan bagi:
“Mengkaji semula matlamat dan berkesannya sistem
pelajaran sekarang, termasuk kurikulumnya, dalam rangka dasar palajaran yang
wujud, dengan tujuan untuk memastikan bahawa keperluan tenaga rakyat negara
dapat dipenuhi sama ada dari segi jangka pendek mahupun jangka.
(Sumber: Education In Malaysia,
1980)
·
Graf
di atas menunjukkan jumlah pendaftaran pelajar sekolah rendah
dan sekolah menengah
bermula dari tahun 1956 hingga 1984.
panjang, dan lebih-lebih lagi
untuk memastikan bahawa sistem pelajaran itu dapat memenuhi matlamat negara ke
arah melahirkan masyarakat yang bersatupadu, berdisiplin dan terlatih.”
Mengikut Laporan Kabinet pada tahun 1979 bagi peringkat
sekolah rendah iaitu kurikulum, kemahiran adalah tertumpu kepada bidang
komunikasi, alam sekitar, perkembangan diri yang menekankan aspek 3M dan
perkembangan bakat, membantu murid yang lemah serta mengadakan program
pengayaan, pengajaran pemulihan diperbaiki lagi dan Kurikulum Baru Sekolah
Rendah dicadangkan.
Bagi peringkat sekolah menengah pula, sistem baru bagi
pelajaran vokasional, jurusan perdagangan dipertingkatkan, penekanan terhadap
mata pelajaran Matematik, Sains dan Bahasa, penekanan kepada aktiviti
ko-kurikulum, bimbingan dan kaunseling diwujudkan di sekolah serta Kurikulum
Bersepadu Sekolah Menengah dicadangkan.
Perkembangan terhadap pendidikan berterusan sehingga ke
hari ini dan akan berlanjutan untuk masa-masa yang akan datang. Pelajar-pelajar
yang dahagakan ilmu pengetahuan terus meningkat dari setahun ke setahun dalam
mendaftarkan diri mereka ke sekolah-sekolah rendah dan menengah di seluruh
Malaysia.
2.4 Pendidikan di Malaysia
Saat Ini
Penjabaran mengenai kondisi pendidikan di Malaysia
saat ini akan di paparkan melalui penggambaran mutu pendidikan di Malaysia dan
juga adalah yang terbaru dari progam pendidikan di malaysia yaitu ringkasan
eksekutif dalam pembangunan pendidikan di Malaysia tahun 2013 sampai 2025.
2.4.1 Gambaran Mutu Pendidikan di Malaysia
Pendidikan di Malaysia pada dasarnya banyak mengadopsi
sistem dari negara Inggris hal ini dikarenakan dulunya Malaysia adalah salah
satu negara bekas jajahan Inggris. Hal ini menyebabkan negara Malaysia maju
dari segi pendidikannya. Salah satu penyebabnya adalah negara Inggris sangat
memperhatikan pendidikan untuk negeri jajahannya. Berbeda dengan negara
Indonesia yang bekas jajahan Belanda, karena Belanda hanya ingin mengeruk
kekayaan negara jajahannya tanpa memberikan pendidikan yang intensif untuk
negara jajahannya. Negara Malaysia memiliki keinginan kuat untuk menjadikan
pendidikannya itu go international sebagai buktinya hal itu dituangkan dalam
rumusan misi utama Kementerian Pelajaran Malaysia, yang berbunyi, “Mewujudkan
sistem pendidikan bertaraf dunia bagi merealisasikan potensi sepenuhnya setiap
individu, di samping memenuhi aspirasi masyarakat Malaysia”.
Pendidikan di Malaysia telah mengalami pelbagai
anjakan dan perubahan bagi merealisasikan matlamat kerajaan menjadikan
pendidikan di Malaysia bertaraf dunia. Terdapat pelbagai peringkat pada pasca
merdeka iaitu era 1957-1970, era 1971-1990, era 1991-2000 dan era 2001-2010.
Pada awal abad ke-21, beberapa perubahan dan perkembangan dalam Sistem
Pendidikan Malaysia telah berlaku disebabkan oleh cabaran yang dihadapi akibat
kesan globalisasi, liberalisasi, dan perkembangan teknologi maklumat dan
komunikasi. Cabaran negara Malaysia waktu ini adalah untuk membangunkan ekonomi
berasaskan pengetahuan atau K-ekonomi bagi menghadapi persaingan dengan negara
lain. Ini menuntut negara Malaysia membangunkan sumber tenaga manusia yang
berketrampilan tinggi dalam pelbagai bidang dan berdaya saing.
a.
Masalah Kurikulum Pendidikan Malaysia
Bila mencermati Falsafah Dasar Pendidikan di Malaysia,
hampir memiliki kesamaan dengan nilai-nilai tujuan pendidikan yang dijalankan
diseluruh dunia. Namun malaysia memiliki landasan filosofis yang bersasal dari
identitas dirinya. Berdasarkan falsafah pendidikan negara yang dirumuskan tahun
1988 dan disebutkan dalam Akta Pendidikan 1996 bahwa;
“Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berseterusan ke arah memperkembangkan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, ruhani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bertujuan untuk melahirkan warga negara Malaysia yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan serta memberi sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga masyarakat dan negara.”
“Pendidikan di Malaysia adalah satu usaha berseterusan ke arah memperkembangkan potensi individu secara menyeluruh dan bersepadu untuk melahirkan insan yang seimbang dan harmonis dari segi intelek, ruhani, emosi dan jasmani berdasarkan kepercayaan dan kepatuhan kepada Tuhan. Usaha ini adalah bertujuan untuk melahirkan warga negara Malaysia yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berkeupayaan mencapai kesejahteraan serta memberi sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga masyarakat dan negara.”
Ada harmoni kuat yang dipadukan sedemikian rupa
sehingga melahirkan konsep penyelenggaraan pendidikan yang integral. Oleh
karenanya apabila pendidikan Malaysia mendasarkan diri pada empat buah
Undang-undang yang disebut dengan Akta, yaitu Akta Pendidikan (Education Act
1996), Akta Institusi Pendidikan Tinggi Swasta ( Private Higher Education
Institutions Act 1996); Akta Majelis Pendidikan Tinggi Negara 1996; serta Akta
Lembaga Akreditasi Negara 1996 (The National Accreditation Board Act 1996),
sangat jelas bahwa kematangan konsep pendidikan yang ditunaikan sangat kuat.
Bila dicermati secara lebih mendalam, aturan tersebut tidak pernah berubah dari
fase ke fase kendati mengalami pergantian kepemimpinan.
Kurikulum pendidikan
ditetapkan oleh Kementrian Pelajaran Malaysia. Kurikulum sekolah di Malaysia
relatif stabil. Kurikulum yang digunakan di sekolah rendah Malaysia disebut
dengan Kurikulum Baru Sekolah Rendah ( KBSR ). Dari data Kementrian Pelajaran
Malaysia , KBSR mulai diujicobakan tahun 1982 di 302 buah sekolah rendah. Sejak
tahun 1988, pelaksanaan KBSR sepenuhnya dicapai dan hingga tahun 2007 masih
dipergunakan. Revisi dilakukan pada tahun 2003, dimana mata pelajaran Sains
menggunakan bahasa pengantar Bahasa Inggris dan pada tahun 2005 penggunaan
bahasa pengantar dengan Bahasa Inggris diperluas untuk mata pelajaran Sains dan
Matematika.
Melihat data diatas, bisa dipastikan bahwa Kementerian Pelajaran Malaysia pada hakekatnya tidak mengubah kurikulum yang ada secara total namun melalui perbaikan-perbaikan pada sisi-sisi tertentu yang merupakan hasil dari evaluasi pelaksanaan terdahulu dan juga melakukan penataan ulang akan mutu para pendidiknya.
b. Tentang siswa atau peserta didik
Melihat data diatas, bisa dipastikan bahwa Kementerian Pelajaran Malaysia pada hakekatnya tidak mengubah kurikulum yang ada secara total namun melalui perbaikan-perbaikan pada sisi-sisi tertentu yang merupakan hasil dari evaluasi pelaksanaan terdahulu dan juga melakukan penataan ulang akan mutu para pendidiknya.
b. Tentang siswa atau peserta didik
Pendidikan Malaysia
terdiri daripada beberapa peringkat:
·
Pendidikan prasekolah
Sekolah tadika (prasekolah) menerima kemasukan
kanak-kanak umur 4-6 tahun. Namun kemasukan ke kelas ini dibuka kepada
anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah.
·
Pendidikan Rendah
Pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6,
dan menerima kemasukan kanak-kanak berumur 7 tahun hingga 12 tahun. Kurikulum
di kedua-dua jenis sekolah rendah adalah sama. Perbedaan antara dua jenis
sekolah ini ialah bahasa pengantar yang digunakan. Bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa pengantar di Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil atau bahasa
Mandarin digunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan. Pada
akhir tahun persekolahan sekolah rendah, ujian awam diadakan bagi menilai
prestasi murid-murid.
·
Pendidikan Menengah
Sekolah
menengah di Malaysia merupakan sekolah kelanjutan setelah anak menempuh sekolah
dasar selama 6 tahun. Sekolah menengah ini berlangsung selama 5 tahun.
Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa pengantar bagi semua mata pelajaran
selain Sains dan Matematika.
·
Pendidikan Pra-universiti
Selepas SPM, para pelajar dapat membuat pilihan sama
ada belajar dalam Tingkatan 6 matrikulasi, pengajian diploma di pelbagai
institut pendidikan seperti Politeknik. Jika mereka melanjutkan pelajaran dalam
Tingkatan Enam, mereka akan menduduki peperiksaan Sijil Tinggi Persekolahan
Malaysia (STPM). Tingkatan 6 yang terdiri daripada Tingkatan 6 Rendah dan
Tingkatan 6 Atas mengambil masa selama dua tahun. STPM dianggap lebih susah daripada
A-level kerana merangkumi skop yang lebih mendalam dan luas. Walaupun STPM
biasanya diduduki bagi mereka yang ingin belajar di Universiti awam di
Malaysia, STPM turut diakui di peringkat antarabangsa.
·
Pengajian tinggi
Banyak subsidi diberi oleh kerajaan untuk menanggung
pendidikan di universiti-universiti awam. Pemohon memerlukan kelayakan STPM,
matrikulasi atau diploma yang diiktiraf, serta kelulusan-kelulusan lain yang
setara yang diiktiraf Kerajaan. Keputusan yang baik dalam peperiksaan tidak menjamin
kemasukan universiti awam. Ini adalah kerana tempat pengajian bagi sesetengah
program adalah terhad. Contohnya, tempat untuk bidang perubatan adalah terhad
dan adalah mustahil untuk universiti awam menerima semua pelajar-pelajar yang
mendapat semua A dalam STPM. Justeru, adalah penting bagi pelajar untuk
mendapatkan maklumat dari pihak sekolah ketika mengisi borang permohonan.
Terdapat beberapa jenis sekolah yaitu :
o Sekolah
Kebangsaan
Bahasa Malaysia digunakan sebagai bahasa pengantar di
Sekolah Kebangsaan. Sekolah Kebangsaan merupakan salah satu jenis sekolah
rendah.
o Sekolah
Kluster/unggulan
Sekolah kluster satu jenama yang diberi kepada sekolah
yang dikenal pasti cemerlang dalam klusternya daripada aspek pengurusan sekolah
dan kemenjadian murid. Pewujudan sekolah kluster bertujuan melonjakkan
kecemerlangan sekolah dalam sistem pendidikan Malaysia dan membangun sekolah
yang boleh dicontohi oleh sekolah dalam kluster yang sama dan sekolah lain di
luar klusternya.
o Sekolah
Jenis Kebangsaan
Bahasa Cina atau Bahasa Tamil digunakan sebagai bahasa
pengantar. Sekolah Jenis Kebangsaan merupakan salah satu jenis sekolah rendah.
Dari tahun 1995 hingga 2000, pengagihan Rancangan Malaysia Ketujuh membahagikan
96.5% kepada Sekolah Kebangsaan yang hanya mempunyai 75% daripada pelajar
sekolah rendah. Sekolah Jenis Kebangsaan Cina (21% daripada pelajar sekolah rendah)
mendapat 2.4% daripada pengagihan manakala Sekolah Jenis Kebangsaan Tamil (3.6%
daripada pelajar sekolah rendah) mendapat 1% daripada pengagihan.
o Sekolah
Wawasan untuk berbagai kalangan
Beberapa
sekolah awam berkongsi kemudahan yang sama di dalam sebuah sekolah yang
dikenali sebagai Sekolah Wawasan. Penubuhan Sekolah Wawasan adalah untuk
menggalakkan interaksi yang lebih rapat antara kaum. Akan tetapi, kebanyakan
orang Cina dan orang India membantah Sekolah Wawasan kerana mereka percaya
bahawa Sekolah Wawasan akan mengehadkan penggunaan bahasa ibunda di sekolah.
o Sekolah
Agama Islam
Sekolah pondok, madrasah dan sekolah agama Islam lain
merupakan bentuk sekolah asal di Malaysia. Sekolah-sekolah sedemikian masih
wujud di Malaysia tetapi bukan sebahagian daripada pelajaran kanak-kanak di
kawasan bandar. Pelajar di kawasan luar bandar masih belajar di sekolah-sekolah
ini. Oleh sebab keputusan pelajaran di sekolah-sekolah ini tidak diterima oleh
kebanyakan universiti di Malaysia, kebanyakan pelajar ini perlu melanjutkan
pelajaran ke kawasan seperti Timur tengah, Pakistan atau Mesir.
o Sekolah
Bestari
Sekolah Bestari cuba menerapkan komputer dan teknologi
dalam kaedah pembelajaran.
o Sekolah
Teknik dan Vokasional
Sekolah Menengah Teknik dan vokasional memberi peluang
kepada murid yang mempunyai kecenderungan dalam pendidikan sains dan teknologi
untuk memenuhi tenaga kerja dalam bidang industri Negara. Kementerian Pelajaran
Malaysia menawarkan program-program yang membolehkan murid berpotensi menjadi
separa profesional atau profesional dalam pelbagai bidang teknikal dan
kejuruteraan.
o Sekolah
Berasrama Penuh
Maktab Rendah Sains MARA (MRSM) dan Sekolah Berasrama
Penuh atau Residential School juga dikenal sebagai sekolah-sekolah sains
(Science Schools). Sekolah-sekkolah ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan
calon-calon elit Malaysia tetapi kemudian diperluas sebagai sekolah untuk
menjaga Malaysia dengan cara menerima siswa dengan kemampuan akademik dan
bakat-bakat olahraga serta kepemimpinan yang menonjol. Sekolah tersebut
dijadikan sebagai model setelah Sekolah Asrama Inggris (British Boarding
School).
c. Tentang guru dan Kepala Sekolah
Peranan guru pada dasarnya sama di semua negara yaitu
sebagai pengajar, fasilitator, pemimpin, dan motivator bagi siswa. Guru amat
berperan dalam perkembangan siswa. Siswa dapat berkembang dengan baik apabila
diajar oleh guru yang memiliki kualitas yang baik. Di Malaysia guru dibekali
dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan emosi siswa. Guru dapat
dikatakan memiliki prestasi apabila siswa yang diajarkannya memiliki kualitas
dan suskes menatap masa depan. Hal ini dikarenakan kesuskesan dari seorang
siswa dipengaruhi oleh guru.
Pengetua sekolah (kepala sekolah) mempunyai peranan
yang amat penting bagi kemajuan sekolah. Hak dari pengetua sekolah adalah
menciptakan kebijakan sekolah. Kebijakan-kebijakan pengetua sekolah bertujuan
untuk kenajuan sekolah. Mencapai kemajuan pendidikan di Malaysia kementerian
Malaysia memberlakukan pelatihan-pelatihan bagi kepala sekolah karena dinilai
kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah sangat berpengaruh terhadap
perkembangan sekolah serta pendidikan di Malaysia.
d.
Tentang biaya pendidikan dan buku-buku pelajaran.
Pendidikan rendah atau dasar ( Primary Education ) di
malaysia berlangsung 6 tahun yang wajib diikuti oleh anak usia 7-12 tahun.
Wajib belajar di Malaysia dicanangkan dan dilaksanakan mulai tahun persekolahan
2003. Pendidikan wajib adalah satu peraturan yang mewajibkan setiaporang tua
yang mempunyai anak berumur 6 tahun mendaftarkannya di sekolah rendah.
Pendaftaran siswa baru biasanya dilakukan 1 tahun sebelum masa persekolahan.
Keteledoran orang tua memasukkan anaknya mengikuti wajib belajar dianggap
sebagai kesalahan menurut undang-undang. Jika hal ini terbukti dipengadilan,
maka orang tua tersebut akan didenda maksima RM 5000 atau dihukum maksimal 6
tahun.
Mengenai biaya pendidikan dasar orang tua siswa hanya
diminta membayar iuran sekolah pada awal tahun pelajaran baru. Besarnya iuran
yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM 50 sampai RM 75 (Rp.125.000
– 187.500) per tahun tiap siswa. Iuran tersebut dirinci untuk pembayaran
asuransi, biaya ujian tengah semester, ujian semesteran, iuran khusus, biaya
LKS, prakter komputer, kartu ujian, file data siswa dan rapor. Khusus untuk
sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu bayaran untuk
satu keluarga. Keluarga yang menyekolahkan lebih dari satu anak, hanya
dikenakan iuran yang sama yaitu RM 25 per keluarga. Dan untuk siswa kelas VI
ditambah biaya UPSR sebesar RM 70. Selain itu tidak ada pungutan lain, termasuk
pula tidak ada pungutan sumbangan dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi
gedung sepenuhnya menjadi tanggungjawab pemerintah.
Buku pelajaran yang dipakai siswa relatif tidak
berganti setiap tahun. Bila orang tua siswa membeli semua buku pelajaran,
harganya berkisar antara RM 80 samai RM 125 per siswa per tahun. Buku yang
telah dibeli untuk anak sulung akan dapat dipakai terus oleh adiknya secara
turun-temurun. Sekolah menengah di Malaysia merupakan sekolah kelanjutan
setelah anak menempuh sekolah dasar 6 tahun. Sekolah menengah ini berlangsung
selama 5 tahun. Pada akhir kelas 3, para siswa mengikuti ujian untuk menentukan
kelulusan si sekolah menengah rendah, yang disebut penilaian Menengah Rendah (
PMR ) atau dahulu dikenal dengan istilah Sijil Pelajaran rendah ( SPR ) dalam
bahasa Inggris disebut Lower Certificate Education ( LCE ) atau Lower Secondary
Education. Ujian tersebut wajib diikuti oleh semua siswa kelas 3. Setelah itu ,
siswa akan diarahkan untuk masuk kelas berikutnya dengan pilihan jurusan IPA (
science ) atau seni (arts) . Siswa dapat memilih sesuai dengan pilihan mereka
sendiri. Umumnya jurusan IPA lebih dipilih oleh siswa. Meskipun perjalanannya,
siswa masih diberikan kesempatan untuk beralih dari jurusan IPA ke jurusan
Seni.
Aktivitas ko-kurikuler bersifat wajib di sekolah
Menengah, dimana semua siswa harus mengambil bagian sedikitnya 2 aktivitas. Ada
banyak aktivitas ko-kurikular yang ditawarkan di sekolah menengah. Aktivitas
ko-kurikular sering digolongkan menjadi beberapa sebutan, antara lain sebagai
berikut : Kelompok Umum ( Uniformed Groups ), penampil Seni ( Performing Arts
), Klub dan Kemasyarakatan ( Clubs & Societies ), Olah Raga dan Permainan (
Sports & games ). Siswa boleh jugamengikuti kegiatan lebih dari 2 aktivitas
ko-kurikular.
Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untu mengambil ujian akhir yang disebut Sijil Pelajaran Malaysia-SPM ( Malaysian Certificate of Education ).
Pada akhir kelas 5 siswa diwajibkan untu mengambil ujian akhir yang disebut Sijil Pelajaran Malaysia-SPM ( Malaysian Certificate of Education ).
Dewasa ini kemajuan sekolah di Malaysia tidak hanya
dimiliki sekolah-sekolah negeri tetapi juga sekolah-sekolah swasta mengalami
pertumbuhan pesat. Sekolah swasta pertama yang diakui kementrian pendidikan
Malaysia untuk menjalankan kurikulum nasional ditetapkan awal tahun 1980. Saat
ini sekolah swasta mengalami perkembangan yang pesat dan menawarkan beragam
pilihan. Ada sekolah Dasar dan Menengas Swasta yang menggunakan kurikulum
nasional ada pula yang menggunakan kurikulum internasional, seperti kurikulum
Amerika dan Inggris. Juga ada sekolah Cina mandiri khususnya sekolah menengah,
menggunakan kurikulum sesuai dengan yang digariskan Kementrian
Pendidikan.Sebagian sekolah di malaysia ada yang memerapkan sistem berasrama
(Residential Schools). Sekolah-sekolah ini menerima siswa dengan terlebih
dahulu melalui seleksi ketat. Calon siswa diminta menunjukkan prestasi akademik
dan potensi mereka sejak mereka belajar di sekolah rendah kelas 1 sampai 6.
Para sisiwa di sekolah ini dididik selama 24 jam di dalam asrama. Beberapa
sekolah tersebut adalah Malacca High School, Royal Military College, dan Penang
Free School. Residential School atau sekolah berasrama penuh juga dikenal
sebagai sekolah-sekolah Sains (Science School). Sekolah-sekolah ini digunakan
untuk memenuhi kebutuhan calon-calon elit malaysia, tetapi kemudian diperluas
sebagai sekolah untuk menjaga malaysia dengan cara menerima siswa dengan
kemampuan akademik dan bakat-bakat olahraga serta kepemimpinan yang menonjol.
Sekolah tersebut dijadikan sebagai model setelah sekolah asrama Inggris
(British Boarding School).
Sedangkan untuk pendidikan tinggi, umumnya dikelola
oleh pemerintah dan swasta. Pendidikan tinggi menawarkan berbagai macam program
sertifikat, diploma, sarjana, dan pascasarjana. Lembaga Pendidikan Tinggi
Negeri diselenggarakan oleh pemerintah, seperti universitas, perguruan tinggi
negeri, politeknik, dan lembaga pelatihan guru. Sedangkan Lembaga Pendidikan
Tinggi Swasata diselenggarakan oleh swasta, dan cabang universitas luar negeri.
Kini jumlah perguruan tinggi swasta di Malaysia lebih dari 400 buah.
Malaysia telah memiliki standar prosedur operasional baku dalam merancang konsep dan kebijakan pendidikannya. Sebagai contoh, Akta Pendidikan (UU Sistem Pendidikan Nasional) mengalami proses perubahan dengan melalui proses evaluasi secara mendalam. Hasil evaluasi itu dilaporkan oleh Menteri Pendidikan dalam sidang kabinet, dan akhirnya disusunlah Akta Pendidikan yang baru berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Dalam rangka menyongsong abad ke-21, Malaysia telah memiliki Akta Pendidikan 1996 (Akta 550). Sementara Indonesia baru setahun memiliki undang-undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni UU Nomor 20 tahun 2003.
Malaysia telah memiliki standar prosedur operasional baku dalam merancang konsep dan kebijakan pendidikannya. Sebagai contoh, Akta Pendidikan (UU Sistem Pendidikan Nasional) mengalami proses perubahan dengan melalui proses evaluasi secara mendalam. Hasil evaluasi itu dilaporkan oleh Menteri Pendidikan dalam sidang kabinet, dan akhirnya disusunlah Akta Pendidikan yang baru berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Dalam rangka menyongsong abad ke-21, Malaysia telah memiliki Akta Pendidikan 1996 (Akta 550). Sementara Indonesia baru setahun memiliki undang-undang yang baru tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni UU Nomor 20 tahun 2003.
2.4.2 Laporan awal Ringkasan eksekutif,
pembangunan pendidikan malaysia 2013-2025
Ringkasan Eksekutif Pada Oktober 2011,
Kementerian Pelajaran telah melaksanakan kajian semula sistem pendidikan negara
Malaysia secara menyeluruh dalam usaha membangunkan Pelan Pembangunan
Pendidikan yang baharu. Kerajaan telah mengambil keputusan melaksanakan kajian
semula sistem pendidikan berdasarkan standard pendidikan antarabangsa yang kian
meningkat, peningkatan aspirasi negara, dan harapan ibu bapa serta masyarakat
terhadap dasar pendidikan negara dalam mempersiapkan generasi muda untuk
menghadapi keperluan abad ke-21. Dalam tempoh 11 bulan pelaksanaan kajian,
Kementerian telah memperoleh input daripada pelbagai sumber seperti laporan
penyelidikan yang dijalankan oleh pakar pendidikan dari UNESCO, Bank Dunia,
OECD, dan enam Institusi Pengajian Tinggi Awam. Kajian ini juga melibatkan
penyertaan pemimpin sekolah, guru, ibu bapa, orang ramai dan murid di seluruh
negara. Dokumen awal Pelan Pembangunan Pendidikan telah dibangunkan bagi
menilai prestasi semasa sistem pendidikan Malaysia dengan mengambil kira secara
objektif pencapaian lampau dan membandingkannya dengan tanda aras antarabangsa.
Pelan ini melakarkan visi sistem pendidikan dan murid yang dapat memenuhi
keperluan negara pada masa depan. Pelan ini juga mencadangkan 11 anjakan
strategik dan operasi yang perlu dilaksanakan oleh Kementerian bagi mencapai
visi yang dihasratkan. Usaha yang telah dirangka dan akan dilaksanakan untuk
mentransformasi sistem pendidikan negara diharap dapat difahami dengan jelas
oleh masyarakat keseluruhannya. Kementerian akan mendapatkan maklum balas
tentang laporan awal pelan ini daripada seluruh komuniti sebelum laporan akhir
pelan ini dihasilkan pada Disember 2012.
Pendidikan memainkan peranan utama bagi
perkembangan ekonomi dan pembangunan sesebuah negara. Proses pengajaran dan
pembelajaran yang berlaku di dalam bilik darjah merupakan petunjuk utama yang
dapat mengukur dengan tepat kemajuan masa depan sesebuah negara. Dalam
menghadapi persaingan ekonomi global pada masa ini, kejayaan sesebuah negara
amat bergantung pada ilmu pengetahuan, kemahiran dan kompetensi yang dimiliki
oleh rakyat. Oleh itu, negara yang mempunyai rakyat berpendidikan tinggi akan
menikmati kemajuan ekonomi yang lebih tinggi. Selain itu, pendidikan juga
menjadi asas pembinaan negara bangsa dan pengukuhan perpaduan. Melalui
pendidikan, individu dapat meningkatkan taraf hidup, menjadi ahli masyarakat
yang berjaya dan penyumbang aktif kepada pembangunan negara. Menerusi
interaksi, individu daripada pelbagai latar belakang sosioekonomi, agama dan
kaum dapat belajar untuk memahami, menerima dan menghargai perbezaan,
seterusnya membina perkongsian pengalaman dan aspirasi untuk masa depan
Malaysia. Melalui perkongsian pengalaman dan aspirasi inilah identiti nasional
dan perpaduan negara dapat dipupuk.
Sejak kebelakangan ini, sistem
pendidikan negara telah menjadi perhatian dan perbahasan. Ibu bapa meletakkan
harapan tinggi dan majikan menyuarakan kebimbangan terhadap keupayaan sistem
pendidikan untuk menyediakan generasi muda secukupnya bagi menghadapi cabaran
abad ke-21. Berdasarkan hakikat sesuatu sistem pendidikan yang kompleks dan
rencam, setiap negara memerlukan tempoh yang panjang untuk melihat impak
perubahan yang dilaksanakan. Oleh itu, Kementerian perlu mengambil tindakan
yang berani dan pantas kerana perubahan yang dihasratkan adalah penting dan
mesti dilaksanakan dengan segera.
·
Objektif dan
Pendekatan Kajian Semula
Laporan awal Pelan Pembangunan
Pendidikan merupakan hasil penyelidikan yang mendalam dan pelibatan meluas
masyarakat yang dijalankan oleh Kementerian. Pelan Pembangunan Pendidikan dibangunkan
dengan tiga objektif khusus, iaitu:
1.
Memahami prestasi
dan cabaran semasa sistem pendidikan Malaysia dengan memberi tumpuan terhadap
akses kepada pendidikan, meningkatkan standard (kualiti), merapatkan jurang
pencapaian (ekuiti), mengukuhkan perpaduan dalam kalangan murid, serta
mengoptimumkan kecekapan sistem;
2.
Mewujudkan visi dan
aspirasi yang jelas untuk sistem pendidikan dan setiap murid bagi 13 tahun akan
datang; dan
3.
Menggariskan
program transformasi sistem pendidikan, yang merangkumi perubahan penting dalam
Kementerian bagi memenuhi permintaan baharu dan harapan masyarakat yang
meningkat, menyemarak serta menyokong keseluruhan transformasi perkhidmatan
awam.
Pendekatan yang digunakan dalam
penyediaan Pelan Pembangunan Pendidikan adalah berani dan ulung kali
dilaksanakan. Perspektif daripada pelbagai pakar dan agensi antarabangsa telah
digarap untuk menilai dan mentaksir prestasi sistem pendidikan Malaysia. Agensi
yang terlibat ialah Bank Dunia, United Nation Educational, Scientific and
Cultural Organisation (UNESCO), Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD), serta enam universiti tempatan. Kementerian juga
bekerjasama dengan agensi kerajaan yang lain untuk memastikan jajaran dengan
dasar awam yang lain berkaitan pendidikan. Sebagai contoh, Kementerian
bekerjasama dengan PEMANDU untuk membangunkan inisiatif pendidikan menerusi
Program Tranformasi Kerajaan (GTP)2.0 bagi mencerminkan pembaharuan utama yang
terkandung dalam Pelan Pembangunan Pendidikan dalam tempoh 2013-2025.
Tambahan lagi, buat pertama kalinya
Kementerian telah melibatkan penyertaan rakyat secara besar-besaran. Sepanjang
tempoh setahun, lebih 50,000 orang pegawai Kementerian, guru, pemimpin sekolah,
ibu bapa, murid dan orang awam di seluruh negara telah dilibatkan melalui temu
bual, kumpulan fokus, tinjauan, dewan terbuka Dialog Nasional dan perbincangan
meja bulat. Kementerian telah melantik panel pakar yang terdiri daripada 12
ahli tempatan dan empat ahli antarabangsa bagi menyediakan input bebas terhadap
dapatan kajian semula sistem pendidikan negara.
·
Pelaburan yang
Signifikan dan Mapan Dalam Pendidikan
Penyediaan
sokongan dan sumber yang disediakan sesuatu sistem kepada sekolah memberi kesan
penting kepada prestasi sekolah. Hal ini bertujuan membolehkan guru dan
pengetua/guru besar memberikan tumpuan kepada tugas utama mereka dalam
melaksanakan pengajaran dan pembelajaran yang berkesan. Oleh itu pelaburan
dalam sistem pendidikan merupakan ukuran penting kepada kesungguhan dan
komitmen kerajaan terhadap pendidikan.
Kerajaan Malaysia telah mengekalkan
tahap pelaburan yang tinggi dalam pendidikan sejak negara mencapai kemerdekaan
lebih 55 tahun yang lalu. Pada awal tahun 1980-an, perbelanjaan Persekutuan
untuk pendidikan rendah dan menengah sebagai peratus Keluaran Dalam Negara
Kasar (KDNK) adalah yang tertinggi di Asia Timur. Pada tahun 2011, jumlah
perbelanjaan pendidikan sebanyak 3.8% daripada KDNK, atau 16% daripada jumlah
perbelanjaan Kerajaan bukan sahaja lebih tinggi daripada purata OECD sebanyak
3.4% daripada KDNK dan 8.7% daripada jumlah perbelanjaan awam, malah adalah
setara atau lebih tinggi daripada sistem berprestasi tinggi seperti Singapura,
Korea Selatan dan Jepun (Ekshibit 1). Pada tahun 2012, daripada jumlah bajet
pendidikan sebanyak RM37 bilion, Kerajaan terus menyediakan peruntukan yang
terbesar, iaitu 16% daripada jumlah bajet kepada Kementerian Pelajaran.
Peruntukan ini menunjukkan komitmen Kerajaan terhadap pendidikan sebagai satu
daripada keutamaan negara.
·
Lonjakan Besar
dalam Meningkatkan Akses kepada Pendidikan
Sistem pendidikan negara menyaksikan
lonjakan besar sejak tahun 1957. Ketika negara mencapai kemerdekaan, lebih
separuh daripada populasi tidak menerima pendidikan formal, hanya 6%
kanak-kanak menerima pendidikan peringkat menengah, dan 1% sahaja mendapat pendidikan
lepas menengah. Namun, lima setengah dekad kemudian, akses kepada pendidikan
telah mengalami perubahan yang melangkaui jangkaan.
Pada tahun 2011, enrolmen di peringkat
pendidikan rendah telah hampir sejagat, iaitu 94% dan peratusan murid yang tercicir
daripada pendidikan rendah telah menurun secara significan (daripada 3% pada
tahun 1989 kepada 0.2% pada tahun 2011). Kadar enrolmen di peringkat menengah
rendah (Tingkatan 1 hingga 3) telah meningkat kepada 87%. Peningkatan terbesar
berlaku di peringkat menengah atas (Tingkatan 4 hingga 5), dengan kadar
enrolmen meningkat hampir dua kali ganda daripada 45% pada tahun 1980-an kepada
78% pada tahun 2011. Kadar enrolmen ini adalah lebih tinggi sekiranya enrolmen
di sekolah swasta juga diambil kira, iaitu 96% peringkat rendah, 91% menengah
rendah, dan 82% menengah atas. Kadar ini adalah yang lebih tinggi berbanding
dengan kebanyakan negara membangun yang lain, namun masih rendah berbanding
sistem pendidikan berprestasi tinggi seperti Singapura dan Korea Selatan. Pada
masa yang sama, peluasan yang cepat berlaku dalam pendidikan prasekolah.
Sekitar 77% murid telah memasuki pendidikan prasekolah (sama ada kerajaan atau
swasta), dan sasaran negara adalah untuk memperoleh penyertaan sejagat menerusi
Bidang Keberhasilan Utama Negara (NKRA), yang terkandung dalam GTP.
Peningkatan yang signifikan disusuli
dengan peningkatan dalam pencapaian murid. Kadar literasi remaja telah
meningkat daripada 88% pada tahun 1990 kepada kadar hampir sejagat sebanyak 99%
masa kini, manakala kadar literasi dewasa telah meningkat secara mendadak,
iaitu daripada kurang 70% kepada lebih 90% dalam jangka masa yang sama.
Seterusnya, kadar populasi dewasa (berusia 15+ tahun) yang tidak mengikuti
persekolahan telah menurun, daripada 60% pada tahun 1950 kepada kurang 10% pada
tahun 2010. Manakala kadar populasi (berusia15+) yang menamatkan pendidikan
menengah telah meningkat daripada sekitar 7% pada tahun 1950 kepada hampir 75%
dalam tempoh yang sama (Ekshibit 2). Pencapaian ini adalah sesuatu yang
membanggakan negara.
·
Sistem yang Komited
untuk Membangunkan Murid Secara Menyeluruh
Kurikulum sekolah yang digubal merupakan
satu usaha berterusan bagi membangunkan anak-anak secara menyeluruh, merangkum
pelbagai dimensi, iaitu intelek, rohani, emosi, dan jasmani seperti yang
terkandung dalam Falsafah Pendidikan Kebangsaan. Program dan inisiatif yang
membangunkan komponen bukan akademik dilaksanakan di dalam bilik darjah dan
menerusi aktiviti kokurikulum. Sebagai contoh, Pendidikan Islam dan Pendidikan
Moral adalah wajib untuk semua murid Tahun 1 hingga Tingkatan 5. Kementerian
juga menetapkan setiap murid mengambil bahagian dalam sekurang-kurangnya 1
sukan, 1 kelab dan 1 badan beruniform bagi membina bakat dan memupuk minat, di
samping membentuk kemahiran kepimpinan. Data yang diperoleh menunjukkan kadar
penyertaan dalam aktiviti kokurikulum adalah tinggi.
·
Prestasi Akademik
Murid Berbanding Standart Antarbangsa
Objektif asas dalam mana-mana sistem
pendidikan adalah untuk memastikan setiap murid dibekalkan dengan ilmu dan
kemahiran untuk berjaya dalam kehidupan. Sejarah sistem pendidikan Malaysia,
seperti negara lain di dunia, memberi penekanan terhadap pembangunan kandungan
pengetahuan yang kukuh menerusi mata pelajaran Sains, Matematik dan Bahasa. Walau
bagaimanapun, dari segi pengiktirafan di peringkat global, kemahiran murid
adalah tidak mencukupi sekadar menguasai 3M (membaca, menulis dan mengira)
sahaja apabila mereka meninggalkan persekolahan. Tumpuan bukan hanya kepada
kepentingan pemerolehan ilmu pengetahuan, tetapi juga membangun kemahiran
berfikir aras tinggi.
Prestasi murid Malaysia telah meningkat
sejak beberapa dekad yang lalu, namun pencapaian yang membanggakan itu
menghendapi risiko, dari segi relatif dan mutlak. Hal ini disebabkan sistem
pendidikan negara lain dapat meningkatkan prestasi murid dengan lebih cepat dan
mampu mengekalkan momentum tersebut secara berterusan. Jurang pencapaian antara
sistem pendidikan Malaysia dan negara lain semakin melebar. Keduanya,
pentaksiran antarabangsa menunjukkan prestasi murid Malaysia semakin merosot
dari segi mutlak.
Sepanjang dua dekad yang lalu,
pentaksiran antarabangsa murid seperti Programme for International Students
Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS),
telah muncul sebagai kaedah perbandingan langsung tentang kualiti keberhasilan
pendidikan daripada pelbagai sistem pendidikan. Pentaksiran ini mengambil kira
pelbagai kemahiran kognitif seperti aplikasi dan penaakulan.
Ketika Malaysia mengambil bahagian dalam
TIMSS buat pertama kalinya pada tahun 1999, skor purata murid mengatasi purata
antarabangsa dalam Matematik dan Sains. Penyertaan dalam pusingan yang terkini
pada tahun 2007 menunjukkan prestasi murid Malaysia telah menurun bawah purata
antarabangsa bagi mata pelajaran Matematik dan Sains, disusuli penurunan dari
segi kedudukan negara. Lebih kritikal lagi, 18% dan 20% murid Malaysia gagal
mencapai tahap kemahiran minimum dalam Matematik dan Sains pada tahun 2007,
iaitu peningkatan dua hingga empat kali ganda daripada 7% dan 5% masing-masing
pada tahun 2003.
Keputusan PISA 2009+ (penyertaan kali
pertama Malaysia) juga tidak memberangsangkan kerana kedudukan Malaysia
terletak dalam kelompok sepertiga terbawah dalam kalangan 74 negara peserta.
Pencapaian ini juga meletakkan Malaysia bawah pencapaian purata antarabangsa
dan OECD (Ekshibit 3). Hampir 60% murid berumur 15 tahun yang menyertai PISA
gagal mencapai tahap kemahiran minimum dalam Matematik, manakala 44% dalam
Bacaan dan 43% dalam Sains tidak mencapai tahap kemahiran minimum. Perbezaan
skor sebanyak 38 mata dalam PISA adalah bersamaan dengan satu tahun
persekolahan. Secara perbandingan, pencapaian murid berumur 15 tahun di
Singapura, di Korea Selatan, di Hong Kong dan di Shanghai seolah-olah mempunyai
tiga atau lebih tahun persekolahan berbanding dengan murid berumur 15 tahun di
Malaysia.
·
Contoh
Kecemerlangan Wujud dalam Sistem Pendidikan Negara
Walaupun keputusan terkini TIMSS dan
PISA telah mencetus kebimbangan, namun terdapat banyak bukti kecemerlangan
murid dan sekolah di seluruh negara yang telah mencapai standard antarabangsa
berdasarkan ukuran dalam bidang akademik dan bukan akademik. Ekshibit 4
menunjukkan sepintas lalu sebahagian daripada pencapaian murid dan sekolah
Malaysia di peringkat antarabangsa. Di samping itu, Kementerian telah
mengiktiraf 66 sekolah di bawah program Sekolah Berprestasi Tinggi (SBT).
Sekolah berkenaan merupakan yang terbaik kerana memiliki ciri-ciri yang unik,
menghasilkan kecemerlangan akademik dan bukan akademik murid secara tekal, dan
berkeupayaan bersaing di peringkat antarabangsa.
Sistem pendidikan negara juga berjaya
mewujudkan sekolah, daerah dan negeri yang menunjukkan peningkatan di luar
jangkaan yang membanggakan, misalnya, sejak lima tahun yang lalu, Johor
merupakan salah sebuah negeri yang berada pada kedudukan lima terbawah
berdasarkan prestasi murid dalam UPSR. Johor telah melaksanakan program
peningkatan kemajuan sekolah yang menyeluruh dan berjaya meningkatkan
pencapaiannya hanya dalam tempoh lima tahun. Johor, kini, berada dalam kelompok
tiga teratas (diukur berdasarkan pencapaian murid). Begitu juga, terdapat
sekolah di kawasan pedalaman seperti SK Ulu Lubai dan SK Bakalalan, di Sarawak,
kedua-dua sekolah ini berada dalam komuniti yang berpendapatan rendah, namun
berjaya merangkul anugerah amalan terbaik peringkat Komanwel pada tahun 2009
kerana berjaya melaksanakan perubahan yang mengagumkan. Kejayaan ini
menunjukkan wujudnya peluang yang boleh dipelajari dan meningkatkan lagi amalan
terbaik untuk diamalkan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan.
·
Cabaran Kekal Wujud
dalam Mencapai Keberhasilan Murid Secara Seksama
Objektif yang sama penting dalam sistem
pendidikan adalah memastikan kesaksamaan dalam keberhasilan murid. Malangnya,
sehingga kini keberhasilan murid masih tidak saksama. Negeri yang mempunyai
populasi sekolah luar bandar yang banyak, seperti Sabah dan Sarawak, secara
purata, menunjukkan prestasi yang rendah berbanding negeri yang mempunyai
bilangan sekolah luar bandar yang sedikit. Dalam UPSR, peratus jurang
pencapaian antara sekolah bandar dan luar bandar ialah 4% mata dan bagi Sijil
Pelajaran Malaysia (SPM), jurang pencapaian meningkat kepada 8% mata. Walau
bagaimanapun, kedua-dua jurang pencapaian ini telah menurun, masing-masing
sebanyak 5% mata dan 2% mata sejak enam tahun kebelakangan ini.
Jurang pencapaian antara sekolah
kebangsaan dan sekolah jenis kebangsaan juga semakin mengecil. Tidak wujud
perbezaan yang ketara antara sekolah kebangsaan dan sekolah jenis kebangsaan
Cina dari segi pencapaian dalam UPSR. Sejak lima tahun yang lalu, jurang
pencapaian dalam kalangan sekolah jenis kebangsaan Tamil telah berjaya
dikurangkan sebanyak 50%, dan jurang pencapaian antara sekolah jenis kebangsaan
Tamil dengan sekolah kebangsaan dan sekolah jenis kebangsaan Cina telah kurang
kepada 4% mata.
Sebaliknya, jurang pencapaian antara
jantina adalah signifikan dan terus meningkat, malah semakin melebar dalam
tempoh lima tahun kebelakangan ini. Murid perempuan sentiasa mengatasi
pencapaian murid lelaki pada semua peringkat. Jurang pencapaian antara gender
mula kelihatan di peringkat UPSR dan berterusan sehingga ke peringkat
universiti, iaitu 70% daripada kohort peringkat universiti terdiri daripada
pelajar perempuan. Walaupun fenomena ini bukan unik bagi Malaysia, namun ia
memerlukan perhatian bagi memastikan negara tidak mempunyai kohot murid lelaki
yang ‘tercicir’, yang lebih awal meninggalkan sistem persekolahan atau
merupakan kumpulan berpencapaian rendah.
Akhirnya, jurang ekuiti yang paling
besar disebabkan oleh latar belakang sosioekonomi murid. Jurang ini dilihat
berdasarkan tiga aspek: pencapaian pendidikan tertinggi ibu bapa, purata
pendapatan isi rumah bagi negeri, dan peratus murid menerima bantuan asas
kewangan bawah Kumpulan Wang Amanah Pelajar Miskin (KWAPM). Ketiga-tiga aspek
ini merupakan bukti yang tekal bahawa murid daripada keluarga miskin adalah
kurang cemerlang berbanding murid daripada keluarga berpendapatan sederhana dan
tinggi. Seperti yang ditunjukkan dalam Ekshibit 5, hanya 7% sekolah Band 1 dan
2 mempunyai populasi lebih sepertiga daripada jumlah muridnya mendapat KWAPM
berbanding 69% sekolah Band 6 dan 7 yang menerima bantuan KWAPM.
·
Keberbagaian
Pilihan Persekolahan Mewujudkan Persekitaran Etnik yang Homogen
Kewujudan pelbagai jenis sekolah
kebangsaan dan swasta di peringkat rendah dan menengah dalam sistem pendidikan
menyediakan peluang kepada ibu bapa untuk memilih jenis sekolah bagi anak-anak
mereka. Walau bagaimanapun, kewujudan persekitaran etnik yang homogen di sekolah
menimbulkan kebimbangan tentang kurangnya peluang untuk berinteraksi dalam
kalangan murid. Demi pengukuhan identiti dan perpaduan nasional, interaksi
dalam kalangan murid perlu dipertingkatkan bagi membolehkan mereka berkongsi
pengalaman dan aspirasi masa depan Malaysia. Situasi kepelbagaian jenis sekolah
yang wujud dalam sistem pendidikan pada masa ini tidak menyumbang kepada
interaksi yang dihasratkan.
Data yang diperoleh menunjukkan bahawa
lebih banyak murid Cina dan India berdaftar di SJK pada tahun 2011, berbanding
10 tahun yang lalu. Bilangan murid Cina yang berdaftar di SJKC telah meningkat
daripada 92% pada tahun 2000 kepada 96% pada tahun 2011. Peningkatan bagi murid
India yang berada di SJKT adalah lebih ketara, iaitu daripada 47% kepada 56%.
Keadaan yang sama wujud di SK kerana 90% enrolmen murid ialah Bumiputera. Di
peringkat menengah pula, walaupun laluan persekolahan adalah satu sahaja, iaitu
Sekolah Menengah Kebangsaan (SMK), namun keadaan terpisah dan homogen masih
wujud. Hal ini berasaskan pemerhatian bahawa terdapat murid yang masih terbatas
untuk terdedah kepada kepelbagaian, misalnya murid SJKC cenderung untuk ke
Sekolah Menengah Persendirian Cina (SMPC), sementara itu terdapat murid SK
menyambung pelajaran di Sekolah Menengah Kebangsaan Agama (SMKA).
Dalam usaha mencapai perpaduan, penting
bagi setiap murid berinteraksi dan belajar bersama-sama rakan sebaya dan guru
daripada pelbagai etnik, agama, budaya dan latar belakang sosioekonomi.
Kementerian telah menyediakan program Rancangan Integrasi Murid untuk Perpaduan
(RIMUP) menerusi aktiviti kokurikulum bagi mengukuhkan interaksi dalam kalangan
murid di pelbagai jenis sekolah. Kajian semula yang dijalankan oleh Jemaah
Nazir dan Jaminan Kualiti (JNJK) mendapati program RIMUP berjaya mewujudkan
pergaulan antara etnik di dalam dan di luar bilik darjah. Oleh sebab kekurangan
peruntukan, telah berlaku penurunan yang ketara dari sudut pengisian dan
bilangan aktiviti untuk program RIMUP.
·
Pulangan atas
Pelaburan Tidak Memenuhi Hasrat
Malaysia terus memperuntukkan bajet yang
tinggi untuk pendidikan. Usaha ini telah meningkatkan akses yang hampir sejagat
di peringkat pendidikan rendah. Pada masa yang sama, akses di peringkat
menengah telah meningkat dengan ketara. Walau bagaimanapun, masih terdapat
ruang untuk menambah baik dari aspek kualiti, ekuiti dan perpaduan.
Ekshibit 6 membandingkan perbezaan
prestasi pelbagai negara yang menyertai pentaksiran antarabangsa berdasarkan
perbelanjaan pendidikan per murid. Perbezaan setiap band prestasi (Lemah, Sederhana,
Baik, Sangat Baik, Cemerlang) adalah bersamaan dengan satu tahun persekolahan.
Data yang diperoleh pada tahun 2010 menunjukkan prestasi Malaysia berada pada
kedudukan di belakang negara-negara yang menyediakan jumlah peruntukan yang
hampir sama atau lebih rendah seperti Thailand, Chile, dan Armenia. Keadaan ini
mungkin disebabkan peruntukan untuk pendidikan di Malaysia tidak disalurkan
kepada faktor yang memberi impak tinggi terhadap keberhasilan murid, seperti
latihan untuk meningkatkan kemahiran guru secara berterusan. Sistem pendidikan
berprestasi tinggi seperti di Singapura, di Korea Selatan, dan di Shanghai
sememangnya memperuntukkan jumlah bajet yang lebih tinggi berbanding Malaysia.
Sistem pendidikan negara juga mampu melonjak dengan adanya usaha transformasi
yang utama seperti ini. Oleh itu, tahap perbelanjaan untuk pendidikan di
Malaysia patut dikekalkan, namun kecekapan dan keberkesanan dalam pengagihan
dan perbelanjaan bajet perlu dikaji semula.
·
Aspirasi Terhadap
Sistem Pendidikan dan Murid di Malaysia
Bagi memenuhi keperluan semua rakyat
Malaysia dan menyediakan negara untuk bersaing di peringkat antarabangsa adalah
penting untuk negara melakarkan wawasan kejayaan sistem pendidikan yang ingin
dibangunkan, khusus berdasarkan konteks Malaysia. Kumpulan murid terbaik yang
bagaimanakah ingin dihasilkan untuk berdepan dengan cabaran ekonomi abad ke-21?
Jenis pendidikan yang bagaimanakah perlu disediakan untuk mereka hadapi dunia
globalisasi yang pantas berubah? Kedua-dua aspirasi ini merangkumi dua aspek:
pertama, sistem pendidikan secara keseluruhan, dan kedua, murid secara
individu. Visi dan aspirasi ini akan menjadi landasan transformasi sistem
pendidikan Malaysia.
Aspirasi sistem Pelan pembangunan
pendidikan ini berhasrat untuk mencapai lima keberhasilan teras pendidikan bagi
menentukan kejayaaan sistem pendidikan Malaysia secara keseluruhan, iaitu
akses, kualiti, ekuiti, perpaduan dan kecekapan (Ekshibit 7). Keberhasilan yang
ditetapkan ini adalah selari dengan aspirasi yang disuarakan oleh peserta
Dialog Nasional Pendidikan Kebangsaan. Sistem pendidikan berprestasi tinggi
juga menetapkan teras yang sama yang perlu dicapai. Tindakan bagi
merealisasikan lima teras berkenaan adalah penting, dan tidak ada inisiatif
dalam teras berkenaan yang boleh dilaksanakan secara berasingan, malah perlu
disepadukan dan digerakkan secara bersama.
1.
Akses
Setiap kanak-kanak di Malaysia berhak mendapat kesamarataan peluang
pendidikan bagi membolehkan mereka mencapai potensi masing-masing. Kementerian
perlu memastikan kadar akses sejagat dalam kalangan kanak-kanak dari peringkat
prasekolah hingga ke peringkat menengah atas (Tingkatan 5) menjelang tahun
2020.
2.
Kualiti
Semua kanak-kanak akan berpeluang mendapatkan pendidikan cemerlang
berdasarkan keunikan sistem pendidikan di Malaysia dan setanding dengan sistem
pendidikan antarabangsa. Sistem pendidikan di Malaysia menetapkan aspirasi
untuk meletakkan Malaysia dalam kelompok sepertiga teratas dalam pentaksiran
antarabangsa mengikut pengukuran TIMSS dan PISA dalam tempoh 15 tahun yang akan
datang (TIMSS dan PISA menguji Bacaan, Matematik dan Sains sahaja). Pentaksiran
tambahan yang menangani dimensi kualiti lain yang relevan dengan konteks
Malaysia boleh dimasukkan apabila dimensi itu diterima di peringkat antarabangsa.
3.
Ekuiti
Sistem pendidikan berprestasi tinggi menyediakan pendidikan
berkualiti kepada setiap kanak-kanak tanpa mengira kedudukan geografis, jantina
atau latar belakang sosioekonomi. Kementerian berhasrat untuk merapatkan lagi
jurang pencapaian antara murid bandar dan luar bandar, tahap sosioekonomi dan
pencapaian antara jantina sehingga 50% menjelang tahun 2020.
4.
Perpaduan
Murid yang berumur antara 7 hingga 17 tahun menghabiskan lebih satu
perempat daripada masa mereka di sekolah. Oleh itu, sekolah berperanan untuk
mengukuhkan lagi perpaduan dalam kalangan murid. Melalui interaksi bersama
murid lain dari pelbagai latar belakang sosioekonomi, agama dan etnik, dan
belajar untuk memahami, menerima serta menghayati perbezaan, suatu perkongsian
pengalaman dan aspirasi dapat dibentuk. Kementerian berhasrat untuk menjanakan
suatu sistem pendidikan yang memberi peluang kepada murid berkongsi pengalaman
dan aspirasi demi membentuk dan memperkukuhkan lagi asas perpaduan rakyat
Malaysia.
5.
Kecekapan
Sistem pendidikan Malaysia telah menerima peruntukan yang tinggi,
namun peningkatan keberhasilan murid masih tidak setanding dengan sumber yang
telah disalurkan ke dalam sistem. Walaupun Kerajaan akan terus mengekalkan
tahap pelaburan masa kini, Kementerian berhasrat untuk memaksimumkan
keberhasilan murid mengikut tahap peruntukan semasa.
·
Aspirasi murid
Menjangkaui seluruh sistem pendidikan
ini, pihak berkepentingan jelas mengenai konsep “kualiti” yang perlu ada pada
setiap murid. Maka pendidik, ibu bapa, murid dan semua ahli masyarakat perlu
bersatu dalam merealisasikan visi pendidikan sebagai wadah pembangunan murid
yang holistik dari segi intelek, rohani, emosi dan jasmani. Visi ini juga
menjadi asas kepada semua usaha penambahbaikan sistem pendidikan sejak Falsafah
Pendidikan Kebangsaan digubal pada tahun 1988.
Untuk maju, Pelan Pembangunan Pendidikan
akan terus menggunakan semangat Falsafah Pendidikan Kebangsaan bagi
membangunkan pendidikan seimbang sebagai asas pencapaian aspirasi setiap murid.
Pelan ini juga merujuk sistem pendidikan berprestasi tinggi yang dicapai oleh
negara lain bagi mengenal pasti kemahiran khusus yang boleh diterapkan kepada
murid bagi membolehkan mereka menerajui pembangunan ekonomi global (Ekshibit
8).
1.
Pengetahuan
Di peringkat paling
asas, setiap kanak- kanak perlu menguasai kemahiran literasi dan numerasi.
Selain itu, adalah penting bagi setiap murid menguasai mata pelajaran teras
seperti Matematik dan Sains. Murid juga perlu didedahkan dengan pengetahuan am
yang menyeluruh tentang Malaysia, Asia dan dunia menerusi matapelajaran
sejarah, kemanusiaan dan geografi. Murid juga digalakkan untuk menambah ilmu
dan kemahiran dalam bidang lain seperti Seni, Muzik dan Sukan.
2.
Kemahiran Berpikir
Setiap murid
belajar cara untuk memperoleh ilmu pengetahuan sepanjang kehidupan mereka
(menerapkan perasaan ingin tahu dan mengamalkan pembelajaran sepanjang hayat)
untuk membolehkan murid menghubungkan pelbagai disiplin ilmu. Lebih penting
lagi, dalam ekonomi berasaskan pengetahuan, mereka mencipta ilmu yang baharu.
Setiap murid perlu menguasai pelbagai kemahiran kognitif termasuk penyelesaian
masalah, penaakulan dan pemikiran kreatif dan inovatif. Dalam sistem
pendidikan, bidang ini kurang diberi perhatian menyebabkan murid kurang
berupaya untuk mengaplikasi ilmu pengetahuan dan berfikir secara kreatif diluar
konteks akademik.
3.
Kemahiran Memimpin
Dalam dunia yang
saling berhubung kait, kebolehan untuk memimpin dan bekerja dengan orang lain
secara berkesan adalah penting. Sistem pendidikan negara akan membantu setiap murid
mencapai potensi sepenuhnya dengan mewujudkan peluang yang formal dan bukan
formal, bekerja dalam pasukan dan mengamalkan ciri kepimpinan. Dalam konteks
sistem pendidikan, kepimpinan merangkumi empat dimensi, iaitu keusahawanan,
berdaya tahan, kecerdasan emosi, dan kemahiran berkomunikasi dengan berkesan.
4.
Kemahiran Dwibahasa
Setiap kanak-kanak
menguasai sekurang-kurangnya bahasa Malaysia sebagai bahasa kebangsaan dan
bahasa perpaduan, serta bahasa Inggeris sebagai bahasa komuniksai antarabangsa.
Dengan tahap penguasaan bahasa ini selepas menamatkan persekolahan, murid
sepatutnya berupaya menggunakan bahasa Malaysia dan bahasa Inggeris dalam
persekitaran kerja. Di samping itu, Kementerian akan menggalakkan semua murid
untuk mempelajarai bahasa lain sebagai bahasa tambahan.
5.
Etika dan
Kerohanian: Sistem pendidikan akan menyediakan pengalaman kepada setiap
kanak-kanak untuk berdepan dengan cabaran yang bakal ditempuhi ketika dewasa,
agar mereka boleh menyelesaikan konflik secara harmoni, bijak membuat pertimbangan,
berpegang pada prinsip ketika berada dalam situasi yang kritikal, serta berani
melakukan sesuatu yang betul. Sistem pendidikan juga berhasrat untuk membentuk
individu penyayang yang dapat menyumbang kepada kesejahteraan komuniti dan
negara.
6.
Identiti Nasional
Identiti nasional
yang kukuh terikat dengan prinsip Rukunegara yang diperlukan untuk kejayaan
masa depan Malaysia. Setiap murid akan berbangga dikenali sebagai rakyat
Malaysia tanpa mengira etnik, agama atau status sosioekonomi. Semangat patriotik
perlu dipupuk dalam diri setiap murid dengan cara memahami sejarah negara, dan
berkongsi aspirasi yang sama untuk masa depan negara. Demi mewujudkan identiti
nasional yang sebenar, semangat kukuh cintakan tanah air diperlukan. Identiti
nasional akan dapat dicapai bukan hanya melalui belajar memahami, tetapi juga
menerima serta menghayati hakikat kepelbagaian.
·
Sebelas Anjakan
Utama untuk Mentransformasikan Sistem Pendidikan Negara
Sejak beberapa tahun kebelakangan,
Kementerian telah mendapat input daripada pelbagai pihak berkepentingan, iaitu
ahli pendidik, ahli akademik, ibu bapa dan murid tentang keperluan untuk
menyampaikan aspirasi sistem pendidikan negara. Berdasarkan input yang banyak
diperoleh, wujud kesepakatan yang tinggi tentang beberapa topik seperti
kepentingan meningkatkan kualiti guru. Terdapat juga beberapa topik seperti
masa depan pendidikan bahasa dari perspektif yang berbeza.
Kementerian telah mengkaji semua
cadangan dengan teliti dan mengintegrasikannya dalam Pelan Pembangunan
Pendidikan berdasarkan empat kriteria utama. Pertama, setiap tindakan yang
diambil perlu menyumbang kepada aspirasi sistem dan murid seperti yang telah
dinyatakan. Sekiranya inisiatif yang dikemukakan menghasilkan kesan yang
negatif terhadap inisiatif yang lain atau menghasilkan aspirasi yang baharu,
maka inisiatif tersebut tidak akan diberi keutamaan. Kedua, Kementerian
menggunakan bukti antarabangsa bagi mengenal pasti dan memberi keutamaan kepada
faktor yang dapat membawa kelainan dalam sistem dan penambahbaikan kepada
murid. Ketiga, cadangan perlu relevan dengan keadaan semasa dan mampu
dilaksanakan oleh Kementerian. Oleh itu, inisiatif akan disusun untuk
berkembang selaras dengan perkembangan kebolehan dan keupayaan pegawai
Kementerian, guru dan pemimpin sekolah. Keempat, faedah pelaksanaan cadangan
perlu memberikan pulangan yang lebih besar berbanding dengan kekangan
perbelanjaan dan operasi.
Kementerian telah mengenal pasti 11
anjakan yang perlu dilakukan bagi menghasilkan perubahan yang dihasratkan oleh
semua rakyat Malaysia. Setiap anjakan perlu memberikan impak kepada
sekurang-kurangnya satu daripada lima keberhasilan sistem, seperti akses,
kualiti, ekuiti, perpaduan, dan kecekapan. Dimensi kualiti menjadi fokus utama
yang merentasi semua anjakan kerana kualiti merupakan dimensi yang penting dan
perlu diberikan perhatian yang segera. Sebahagian daripada anjakan ini
merupakan perubahan strategi dan hala tuju pendidikan. Anjakan yang lain
merupakan perubahan operasi yang telah dan sedang dilaksanakan mengikut dasar
sedia ada di peringkat Kementerian dan sekolah. Sama ada perubahan bersifat
strategi atau operasi, semuanya menggambarkan perubahan amalan semasa.
Secara keseluruhan, anjakan yang
dirancang merupakan sesuatu yang dicadangkan oleh pihak berkepentingan dan
dapat menangani permasalahan yang menimbulkan kebimbangan masyarakat awam.
Kementerian berharap kesepaduan harapan akan menyediakan satu asas tumpuan yang
boleh diterima oleh semua warganegara Malaysia. Seksyen seterusnya merumuskan
setiap anjakan dan menyediakan contoh perubahan besar menerusi inisiatif yang
akan dilancarkan.
1.
Menyediakan
Kesamarataan Akses kepada Pendidikan Berkualiti Bertaraf Antar Bangsa
o
Menanda aras
keupayaan dalam kemahiran membaca, matematik dan sains dengan standard
antarabangsa.
o
Melancarkan
kurikulum baru sekolah menengah (KSSM) dan semakan semula kurikulum sekolah
rendah (KSSR) pada 2017.
o
Merombak
peperiksaan dan pentaksiran kebangsaan untuk meningkatkan tumpuan terhadap
kemahiran berfikir aras tinggi pada 2016.
o
Meningkatkan kualiti
prasekolah dan meningkatkan enrolmen kepada 100% menjelang 2020.
o
Melanjutkan
pendidikan wajib daripada 6 tahun kepada 11 tahun bermula pada umur 6+ tahun,
disokong dengan program pengekalan yang disasarkan dan latihan vokasional
sebagi persediaan untuk pekerjaan.
o
Meningkatkan
pelaburan bagi sumber fizikal dan pengajaran kepada murid dengan keperluan
khusus
2.
Memastikan Setiap
Murid Profisien Dalam Bahasa Malaysia dan Bahasa Inggris
o
Memperkenalkan
kurikulum Bahasa Malaysia yang sama pada peringkat rendah, dengan sokongan
pemulihan intensif untuk murid yang memerlukan bagi menggantikan kelas
Peralihan.
o
Memperluas program
LINUS supaya meliputi literasi Bahasa Inggeris.
o
Meningkatkan
kemahiran Bahasa Inggeris guru dan memperluaskan peluang bagi pendedahan terhadap
Bahasa Inggeris.
o
Menggalakkan setiap
murid mempelajari bahasa tambahan menjelang 2025
3.
Melahirkan Rakyat
Malaysia dengan Penghayatan Nilai
o
Memperkukuh
pendidikan Sivik dengan menjadikan perkhidmatan komuniti sebagai prasyarat
untuk tamat persekolahan menjelang 2017.
o
Memperkukuh
Pendidikan Islam dan Moral dengan memberi lebih fokus ke atas teras nilai dan
falsafah agama utama menjelang 2017.
o
Memperkembangan
murid secara holistik dengan mengukuhkan keperluan penyertaan murid dalam 1
Sukan, 1 Kelab dan 1 Badan Beruniform.
o
Mengukuhkan dan
memperluas RIMUP mulai 2016 untuk memudah cara interaksi antara jenis sekolah,
kumpulan etnik dan sosio ekonomi
4.
Transformasi
Keguruan Sebagai Profesion Pilihan
o
Mengetatkan syarat
lantikan guru mulai 2013 supaya dalam kalangan graduan 30% teratas.
o
Meningkatkan
kualiti CPD mulai 2013, dengan lebih tumpuan ke atas keperluan individu dan
latihan berasaskan sekolah.
o
Memastikan guru
memberi fokus ke atas fungsi teras pengajaran mulai 2013 dengan mengurangkan
beban pentadbiran.
o
Melaksanakan laluan
kerjaya guru berasaskan kompetensi dan prestasi mulai 2016.
o
Meningkatkan laluan
guru untuk peranan kepimpinan, pakar pengajaran dan pakar bidang khusus
menjelang 2016 .
o
Membudayakan
kecemerlangan berasaskan pimpinan rakan sekerja dan proses pensijilan mulai
2025
5.
Memastikan
Kepimpinan Berprestasi Tinggi di Tempatkan Setiap Sekolah
o
Memperkenalkan
kriteria pemilihan berasaskan kompetensi dan memperkukuhkan proses perancangan
penggantian bagi pengetua/guru besar mulai 2013.
o
Melaksanakan pakej
kerjaya baharu bagi pengetua guru besar mulai 2013, dengan lebih sokongan,
lebih fleksibiliti pengoperasian bagi menambah baik sekolah, kurikulum dan
kokurikulum, serta lebih akauntabiliti terhadap meningkatkan keberhasilan murid
6.
Mengupaya JPN, PPD
dan Sekolah untuk Menyediakan Penyelesaian Khusus Berasaskan Keperluan
o
Mempercepatkan
penambahbaikan prestasi sekolah melalui program yang sistematik dan dipimpin
PPD di semua negeri menjelang 2014.
o
Meningkatkan
autonomi pengurusan berasaskan sekolah, termasuk lebih fleksibiliti
pengoperasian ke atas pengagihan bajet dan pelaksanaan kurikulum, dimulai
dengan sekolah yang mencapai prestasi tinggi dan menunjukkan peningkatan
prestasi besar.
o
Memastikan 100%
sekolah memenuhi keperluan infrastruktur asas menjelang 2015, bermula dengan
Sabah dan Sarawak
7.
Memanfaatkan ICT
Bagi Meningkatkan Kualiti Pembelajaran di Malaysia
o
Meningkatkan akses
internet dan persekitaran pembelajaran maya melalui 1BestariNet bagi semua
10,000 sekolah menjelang 2013.
o
Menambahkan
kandungan atas talian untuk perkongsian amalan terbaik bermula dengan
perpustakaan video guru terbaik menyampaikan pengajaran dalam mata pelajaran
kritikal pada 2013.
o
Memanfaatkan
penggunaan ICT bagi pembelajaran jarak jauh dan berasaskan kendiri untuk
meningkatkan kapasiti dan pembelajaran lebih khusus
8.
Mentransformasi
Keboleh Upayaan dan Kapasiti Penyampaian Kementrian
o
Mengupaya JPN dan
PPD dengan memberi lebih hak membuat keputusan terhadap bajet dan personel,
serta meningkatkan akuantabiliti bagi KPI mulai 2013.
o
Sekurang-kurangnya
2,500 lagi personel ditempatkan daripada KPM dan JPN kepada PPD untuk menyokong
sekolah menjelang 2014 ƒ Memperkukuh kebolehupayaan kepimpinan bagi 150-200
jawatan kepimpinan utama mulai 2013.
o
Memperkukuh fungsi
utama dan merasionalisasi struktur Kementerian mulai 2016
9.
Bekerjasama dengan
Ibu Bapak, Komuniti dan Sektor Swasta Secara Meluas
o
Melengkapi ibu bapa
bagi membantu pembelajaran anak mereka melalui sarana penglibatan ibu bapa dan
akses atas talian kepada kemajuan anak di sekolah (SAPS).
o
Mendapatkan maklum
balas daripada setiap PIBG mengenai pelaksanaan kurikulum setempat dan kualiti
guru mulai 2016.
o
1,000 biasiswa
daripada sektor swasta untuk murid berbakat daripada komuniti miskin untuk
belajar di sekolah swasta dan antarabangsa.
o
Memperluas model
Sekolah Amanah kepada 500 buah menjelang 2025 dengan melibatkan kumpulan alumni
dan NGOs yang berpotensi sebagai penganjur
10. Memaksimumkan Keberhasilan Murid Bagi Setiap Ringgit
o
Mengaitkan setiap
program kepada keberhasilan murid yang jelas dan merasionalisasi program
berimpak rendah pada setiap tahun, selaras dengan anjakan keseluruhan kerajaan
ke arah Buget Berasaskan Keberhasilan (OBB).
o
Memanfaatkan
peluang meningkatkan efisiensi, dengan mengagihkan peruntukan kepada bidang
paling kritikal seperti peningkatan kemahiran dan latihan guru
11. Meningkatkan Ketelusan untuk Akauntabiliti Awam Secara Langsung
o
Menerbitkan laporan
tahunan awam bagi kemajuan sasaran dan inisiatif Pelan Pembangunan Pendidikan
mulai 2013.
o
Melaksanakan
semakan komprehensif pada tahun 2015, 2020 dan 2025 bagi memastikan Pelan
Pembangunan Pendidikan kekal relevan dengan memasukkan maklumbalas daripada
pihak berkepentingan dan mengambilkira perkembangan persekitarannya
·
Dampak yang
Diperoleh Dari Pencapaian Transformasi
1.
Murid
Murid akan mendapat manfaat yang
signifikan dalam perkembangan pendidikan mereka tanpa mengira latar belakang.
Murid akan belajar dalam persekitaran pembelajaran yang kondusif, dan akan
berasa terangkum dan terdidik dengan pengalaman pembelajaran di sekolah.
Apabila menamatkan persekolahan, murid akan mempunyai pengetahuan dan kemahiran
bertaraf dunia, nilai moral yang tinggi, dan berupaya bersaing dengan rakan
sebaya dari negara lain.
Murid akan belajar dalam persekitaran
yang mempunyai kepercayaan asas bahawa semua murid boleh belajar, dan semua
murid boleh berjaya. Guru akan mempunyai harapan yang tinggi terhadap murid
tanpa mengira latar belakang dan pencapaian terdahulu, dan akan membekalkan
murid dengan sokongan yang perlu bagi memenuhi harapan ini.
Murid akan mempunyai pembelajaran yang
kaya, dari segi akademik dan bukan akademik supaya mereka boleh berjaya dalam
kehidupan. Lebih banyak projek dan tugasan berasaskan kumpulan yang perlu
dilakukan bagi meningkatkan kemahiran berfikir aras tinggi murid dan keupayaan
untuk bekerja secara individu dan berkumpulan. Lebih banyak projek berasaskan
komuniti dan aktiviti rentas sekolah yang perlu dilakukan bagi memupuk
interaksi dengan individu dari semua latar belakang. Murid akan mempunyai lebih
banyak peluang untuk belajar sendiri dan mengejar minat mereka dalam bidang
akademik, vokasional dan teknikal.
Murid akan mempunyai lebih hak bersuara
dalam membentuk pengalaman belajar mereka. Guru akan bekerjasama dengan murid
dan ibu bapa bagi menetapkan sasaran pembelajaran. Guru juga akan menggalakkan
murid menyuarakan pendapat mereka supaya guru tahu gaya pembelajaran yang
terbaik untuk setiap murid.
Sebagai balasan, murid akan diminta
supaya sentiasa melakukan yang terbaik dan bekerjasama dengan guru untuk mengurangkan
kelakuan yang mengganggu di dalam bilik darjah. Semua murid akan mempunyai
tanggungjawab bersama bagi membantu menjadikan sekolah tempat yang selamat dan
kondusif untuk pembelajaran.
2.
Guru
Guru akan meningkatkan keupayaan
bertaraf dunia yang diperlukan bagi membantu mencapai keberhasilan murid yang
dihasratkan. Guru juga akan memperoleh lebih keseronokan dan kepuasan dalam
menjalankan tugas mereka. Dengan pakej kerjaya guru yang baharu, mereka akan
menikmati perkembangan profesional yang lebih memuaskan, laluan kerjaya yang
lebih baik, dan proses penilaian yang telus dan adil serta berkait terus dengan
keupayaan dan prestasi yang relevan.
Guru akan mendapat sokongan yang
diperlukan untuk berjaya. Guru akan mempunyai akses yang lebih tinggi dalam peluang
pembangunan profesionalisme berasaskan sekolah. Mereka akan mengambil bahagian
dalam perbincangan dan dialog yang memberikan maklum balas positif, tertumpu
kepada pembelajaran dan pembangunan diri supaya aspek penambahbaikan boleh
dijadikan bidang kekuatan.
Guru akan menikmati persekitaran kerja
yang lebih sesuai, ganjaran berasaskan prestasi dan laluan kerjaya yang lebih
baik. Mereka akan melaksanakan tugas di sekolah yang mempunyai kelengkapan yang
cukup, dan persekitaran kerja yang sesuai. Beban pentadbiran guru akan
dikurangkan supaya mereka boleh menumpukan tenaga pada aktiviti teras, iaitu
pengajaran dan pembelajaran. Guru akan menikmati ganjaran berasaskan prestasi
yang menarik termasuk perkembangan kerjaya yang lebih pantas dan boleh mengembangkan
minat mereka mengikut laluan kerjaya yang berbeza: pengajaran, kepimpinan, dan
kepakaran mata pelajaran.
Guru akan didedahkan dengan budaya
kerjasama dan kecemerlangan profesional. Guru akan saling bekerjasama dalam
menangani isu dan berkongsi amalan terbaik. Mereka mempunyai keluwesan pedagogi
yang lebih besar di dalam bilik darjah dalam memastikan setiap murid belajar.
Sebagai balasan, guru akan diminta
supaya bersikap terbuka kepada pembelajaran dan cara bekerja yang baharu,
melibatkan ibu bapa dan murid dalam proses pembelajaran, dan mempamerkan cara
berfikir, nilai, dan kelakuan yang dijangkakan daripada murid.
3. Pemimpin sekolah
Pemimpin sekolah akan menjadi pemimpin
instruksional yang cemerlang, dan bertindak sebagai ejen perubahan. Mereka akan
menikmati sokongan yang lebih besar dan perkhidmatan yang lebih baik daripada
pegawai pendidikan persekutuan, negeri dan daerah. Mereka akan mendapat akses
yang lebih besar terhadap latihan kepimpinan bertaraf antarabangsa, serta
amalan terbaik daripada rakan sejawatan mereka di Malaysia.
Pemimpin sekolah akan mendapat sokongan
dan sumber yang mereka perlukan bagi memacu sekolah dengan berkesan. Mereka
akan menjalani kursus persediaan, induksi dan latihan berterusan yang lebih
baik bagi membantu meningkatkan kemahiran kepimpinan. Mereka akan menerima
maklum balas yang lebih cepat daripada PPD berkaitan isu yang dihadapi,
daripada penempatan pembimbing pengetua hinggalah kepada peruntukan sumber
tambahan, jika sekolah amat memerlukannya.
Pemimpin sekolah akan menikmati
persekitaran bekerja yang lebih baik dan ganjaran berasaskan prestasi.
Pengetua/guru besar, penolong kanan dan juga semua ketua panitia dan ketua
jawatankuasa akan bekerja di sekolah yang mempunyai kemudahan yang mencukupi.
Beban pentadbiran pula dikurangkan supaya mereka boleh memfokuskan tenaga
kepada kepimpinan instruksional. Mereka akan menikmati ganjaran berasaskan
prestasi yang menarik termasuk perkembangan kerjaya yang lebih pantas dan
“kredit tambahan” bagi kecemerlangan dalam program penempatan pemimpin pengetua
di sekolah pedalaman yang berprestasi rendah.
Pemimpin sekolah akan diberi kuasa
melalui pengurusan berasaskan sekolah yang lebih tinggi. Mereka akan mempunyai
keluwesan pengendalian yang setara dengan prestasi sekolah mereka dalam perkara
seperti penjadualan kurikulum dan peruntukan bajet. Mereka akan menjalinkan
kerjasama profesionalisme bersama PPD bagi mendapatkan input untuk sasaran
prestasi tahunan, dan akan menikmati ketelusan yang lebih tinggi berkaitan
keputusan yang memberikan kesan kepada sekolah mereka.
Sebagai balasan, pemimpin sekolah akan
diminta supaya mencapai set jangkaan yang telah ditetapkan bagi sekolah mereka.
Mereka perlu sentiasa terbuka kepada cara bekerja yang baharu, melibatkan
masyarakat dalam penambahbaikan sekolah, dan menjalankan tugas sebagai
pembimbing bagi membina keupayaan kakitangan sekolah masing-masing dan sekolah
lain.
4. Pegawai Kementerian
Pegawai Kementerian akan bertindak
sebagai pemimpin perubahan, dengan kemahiran dan atribut yang diperlukan untuk
menyokong sekolah. Mereka akan menjadi pengurus, pembimbing dan penyokong
kecemerlangan sekolah yang lebih baik. Mereka akan mendapat manfaat daripada
meritokrasi yang lebih besar, kuasa dengan kebertanggungjawaban yang lebih
tinggi, dan tidak akan terbatas dengan hierarki dan kawalan.
Pegawai Kementerian akan menerima
sokongan, latihan dan sumber yang diperlukan untuk memenuhi peranan dan
tanggungjawab baharu mereka. Mereka akan mempunyai peranan baharu yang
memfokuskan pada menyokong sekolah, dan akan mempunyai akses kepada lebih
banyak peluang perkembangan profesionalisme. Mereka akan terlibat dalam
perbincangan maklum balas positif yang memfokuskan pembelajaran dan
pembangunan.
Pegawai Kementerian akan bekerja dalam
persekitaran yang telus dan saling bekerjasama. Cara bekerja secara tersendiri
dalam bahagian-bahagian Kementerian akan dihapuskan, manakala peranan dan
tanggungjawab akan diperkemas untuk menghapuskan duplikasi fungsi dan aktiviti.
Maklumat akan dikongsi secara cekap untuk membuat pemutusan berasaskan bukti.
Cara keputusan dibuat akan lebih jelas.
Pegawai Kementerian akan mempunyai
keanjalan pengendalian dan kebertanggungjawaban yang lebih besar. Sistem
pendidikan akan beralih ke arah pemencaran kuasa dengan lebih banyak hak
membuat keputusan akan diberikan kepada pegawai peringkat negeri dan daerah.
Pegawai akan mempunyai hak yang lebih besar dalam mengenal pasti bidang
penambahbaikan di negeri, daerah dan sekolah di bawah mereka. Mereka juga
mempunyai hak yang lebih besar dalam menyediakan penyelesaian yang spesifik
kepada konteks.
Sebagai balasan, pegawai Kementerian
akan diminta untuk sentiasa terbuka kepada maklum balas daripada sekolah dan
masyarakat. Mereka akan memperjuangkan perubahan yang akan berlaku dalam sistem
pendidikan. Mereka perlu betul-betul responsif dalam memberikan sokongan dan
sumber yang diperlukan oleh sekolah, serta bagi memastikan semua pihak
berkepentingan dalaman dan luaran tahu tentang apa-apa yang berlaku.
5. Orang Tua
Ibu bapa akan menyaksikan penambahbaikan
yang ketara dan lestari dalam pengalaman pendidikan anak-anak mereka. Prestasi
dan keutamaan sekolah akan lebih telus, dan ibu bapa akan sentiasa dimaklumkan
tentang keadaan anak mereka di sekolah dari segi pencapaian dan juga
perkembangan. Ibu bapa akan berasa seperti rakan kongsi sebenar dengan sekolah
dalam membantu pembelajaran anak mereka.
Ibu bapa akan lebih memahami tentang
kemajuan anak mereka, dan bagaimana mereka boleh membantu meningkatkannya.
Mereka akan berhubung secara tetap dengan guru, dan bukannya ketika timbul
masalah sahaja. Mereka akan mempunyai akses penuh terhadap prestasi anak mereka
dalam peperiksaan kebangsaan dan pentaksiran berasaskan sekolah. Mereka akan
diberikan bimbingan, iaitu daripada petua keibubapaan hinggalah kepada kelas pendidikan
dewasa tentang bagaimana memberikan sokongan terbaik kepada pembelajaran dan
kemajuan anak mereka.
Ibu bapa akan mempunyai lebih banyak
peluang untuk memberikan input kepada strategi penambahbaikan sekolah anak
mereka. Mereka mempunyai hak untuk tahu sepenuhnya tentang misi sekolah,
prestasi terkini dan program penambahbaikan tahunan. Melalui PIBG, mereka boleh
memberikan input dalam perkara seperti kualiti guru dan kurikulum. Komitmen
mereka terhadap anak dan sekolah akan disambut baik dan dihargai.
Sebagai balasan, ibu bapa akan diminta
supaya menyokong anak-anak mereka bagi memastikan anak mereka mencapai potensi
pembelajaran (contohnya, memastikan anak mereka menyiapkan tugasan dan hadir ke
sekolah tepat pada masanya). Ibu bapa juga perlu menunjukkan komitmen,
pelibatan dan keterbukaan untuk anak mereka. Ibu bapa perlu berkongsi input,
dan perhatian mereka dengan perhatian sekolah melalui cara yang betul, dan
melibatkan diri dalam aktiviti sekolah dengan aktif.
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Malaysia
adalah sebuah negara federasi yang terdiri
dari tiga
belas negara bagian dan tiga wilayah persekutuan
di Asia Tenggara
dengan luas 329.847 km persegi. Ibukotanya adalah Kuala Lumpur, sedangkan Putrajaya menjadi pusat
pemerintahan persekutuan. Jumlah penduduk negara ini melebihi 27 juta jiwa.
Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan Malaysia Barat
dan Malaysia Timur
oleh Kepulauan Natuna,
wilayah Indonesia di Laut Cina Selatan.
Malaysia berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Negara ini
terletak di dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara
Malaysia adalah Yang di-Pertuan Agong
dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri.
Model pemerintahan Malaysia mirip dengan sistem parlementer
Westminster.
2. Pendidikan
awal di Malaysia merupakan tahapan pendidikan asli bentukan dari orang Malaysia
masih belum ada campur tangan pihak lain, dan pendidikan pada masa ini pada umumnya merupakan pendidikan yang tidak menekankan
soal formal. Penekanan hanyalah kepada pengajaran kitab suci Al-Quran, tingkah
laku dan akhlak yang baik, pengetahuan dan juga sifat kerohanian. Terdapat juga
sebilangan pelajar yang mempelajari pendidikan agama di sekolah-sekolah pondok
yang ditubuhkan oleh para ulama Islam yang terkenal pada zaman tersebut.
Sekolah-sekolah jenis ini masih boleh dilihat sekarang di negeri-negeri seperti
Kelantan, Terengganu dan Kedah.
3. Perkembangan
pendidikan di Malaysia dapat dikatakan sebagai lanjutan sejarah pendidikan dari
pendidikan semula di malaysia asli, dan masa ini pendidikan dimalaysia sudah
tercampur tangan dengan peran orang Inggris yang datang di Malaysia sekitar
tahun 1786 yang pendidikan ini terbagi dalam beberapa tempoh/ waktu. Ceritera
mengenai perkembangan pendidikan di malaysia berlanjut pada masa perjuangan
kemerdekaan, setelah kemerdekaan sampai waktu saat ini.
4. Pendidikan
malaysia saat ini apabila dilihat dari sistemnya memang sudah menunjukkan suatu
pendidikan yang sistematis dan terstruktur dengan baik. Sehingga Malaysia dapat
menyongsong gempuran persaian dalam bidang pendidikan sampai pada ancang-ancang
tahun berikutnya. Dan dengan adanya hal ini berdampak pada kebaikan mutu
pendididkan serta meningkatkan prestasi akademik yang dipersaiangkan antar
bangsa.
5. Dari
aspek perbandingan antara keadaan pendidikan pada masalalu, masa sekarang dan
yang akan datang memang memiliki suatu perbedaan yang signifikan. Namun
perubahan itu menuju pada suatu penggambaran pencapaian kualifikasi mutu yang
progres keatas.
3.2
Saran
1. Sektor pendidikan adalah sektor yang strategis dalam
mengoperasikan suatu kehidupan bangsa. Dalam segala bidang, apabila memiliki
sumberdaya manusia yang berkualitas tentusaja upaya, daya dan hasil yang di
raih akan maksimal. Makadari itu tanamkan untuk selalu kokoh pada pendidikan
sebagai dasar pondasi kekuatan kemasyarakatan suatu bangsa.
2. Sebagai manuaia yang berkembang dan hidup dalam
dunia yang terus berkembang, kita harus selalu ikut serta dalam arus
perkembangan supaya tidak terjadi adanya suatu keterbelakangan dan
ketertinggalan.
3. upayakan selalu memiliki sikap yang ingin menjadi
yang lebih baik lagi, terapkan rasa optimis yang tinggi dalam diri kita. Jangan
menjadi orang yang cepat puas dengan keadaan yang ada di depan kita. Bersyukur
dianjurkan, namun jangan terlena dan tetap berpikir kedepan untuk menggapai
kemajuan.
4. meski dengan berbagai keadaan, apabila mempunyai
rasa yang kuat untuk maju walaupun dengan segala upaya yang ditempuh tentusaja
akan mendapatkan apa yang diinginkan sesuai dengan harapan
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut