KOMPONEN PEMBELAJARAN
A. Pengertian Komponen Pembelajaran
Pembelajaran
diambil dari terjemahan kata "Instructional". Seringkali orang
membedakan kata pembelajaran ini dengan "pengajaran", akan tetapi
tidak jarang pula orang memberikan pengertian yang sama untuk kedua kata
tersebut. Menurut Arief S. Sadiman, kata pembelajaran dan kata pengajaran dapat
dibedakan pengertiannya. Kalau kata pengajaran hanya ada di dalam konteks
guru-murid di kelas formal, sedangkan kata pembelajaran tidak hanya ada dalam
konteks guru-murid di kelas formal, akan tetapi juga meliputi kegiatan belajar
mengajar yang tak dihadiri oleh guru secara fisik di dalam kata pembelajaran
ditekankan pada kegiatan belajar siswa melalui usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar. Dengan definisi
seperti ini, kata pengajaran lingkupnya lebih sempit dibanding kata
pembelajaran. Di pihak lain ada yang berpandangan bahwa kata pembelajaran dan
kata pengajaran pada hakekatnya sama, yaitu suatu proses interaksi antara guru
dan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Kedua
pandangan tersebut dapat digunakan, yang terpenting adalah interaksi yang
terjadi antara guru dan siswa itu harus adil, yakni adanya komunikasi yang
timbal balik di antara keduanya, baik secara langsung maupun tidak langsung
atau melalui media. Siswa jangan selalu dianggap sebagai subjek belajar yang
tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat, dan kebutuhan, serta
kemampuan yang berbeda. Peranan guru tidak hanya terbatas sebagai pengajar
(penyampai ilmu pengetahuan), tetapi juga sebagai pembimbing, pengembang, dan
pengelola kegiatan pembelajaran yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar siswa
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Setelah
guru mempelajari kurikulum yang berlaku, selanjutnya membuat suatu desain pembelajaran
dengan mempertimbangkan kemampuan awal siswa (entering behavior), tujuan yang
hendak dicapai, teori belajar dan pembelajaran, karakteristik bahan yang akan
diajarkan, metode dan media atau sumber belajar yang akan digunakan, dan
unsur-unsur lainnya sebagai penunjang. Setelah desain dibuat, kemudian KBM atau
pembelajaran dilakukan. Dalam hal ini ada dua kegiatan utama, yaitu guru
bertindak mengajar dan siswa bertindak belajar. Kedua kegiatan tersebut
berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Pada akhirnya
implementasi pembelajaran itu akan menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil ini
akan memberikan dampak bagi guru dan siswa.
Bagi
guru sebagai dampak pembelajaran (instructional effect) berupa hasil yang dapat
diukur sebagai data hasil belajar siswa (angka/nilai) dan berupa masukan bagi
pengembangan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan bagi siswa sebagai dampak
pengiring (nurturent effect) berupa terapan pengetahuan dan atau kemampuan di
bidang lain sebagai suatu transfer belajar yang akan membantu perkembangan
mereka mencapai keutuhan dan kemandirian. Jadi, ciri utama dari kegiatan
pembelajaran adalah adanya interaksi. lnteraksi yang terjadi antara si belajar
dengan lingkungan belajarnya, baik itu dengan guru, teman-temannya, tutor,
media pembelajaran, dan atau sumber-sumber belajar yang lain. Sedangkan
ciri-ciri lainnya dari pembelajaran ini berkaitan dengan komponen-komponen
pembelajaran itu sendiri. Dimana di dalam pembelajaran akan terdapat
komponen-komponen sebagai berikut; komponen kurikulum, materi/bahan ajar,
metode, media (alat pembelajaran), evaluasi, anak didik/ siswa, dan adanya
pendidik/guru.
B.
Komponen-komponen Pembelajaran
1. Komponen Kurikulum
Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di
dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh
dan kuat.
Dengan
diterapkannya kebijakan pemerintah (Depdiknas) yaitu pengembangan kurikulum
operasional dilakukan oleh setiap satuan pendidikan dengan program Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka seluruh jajaran di setiap satuan
pendidikan harus memiliki pemahaman yang luas dan mendalam tentang landasan
pengembangan kurikulum, dan secara operasional harus dijadikan rujukan dalam
mengimplementasikan kurikulum di setiap satuan pendidikan yang dikelolanya.
Landasan
yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum sangat
tergantung atau dipengaruhi oleh pandangan hidup, kultur, kebijakan politik
yang dianut oleh negara dimana kurikulum itu dikembangkan. Akan tetapi secara
umum yang dipakai sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum ada empat, yaitu
landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah landasan umum dan pokok sebagai dasar pijakan dalam
mengembangkan kurikulum.
Seorang
guru seharusnya dapat memahami dan mengimplementasikan penerapan landasan
filosofis dalam mengembangkan kurikulum baik pengembangan pada level makro
maupun pengembangan pada tingkat operasional oleh setiap satuan pendidikan,
seperti:
1. Dapat memahami dan
mengimplementasikan penerapan landasan Psikologis dalam mengembangkan kurikulum baik pengembangan
pada level makro maupun pengembangan pada tingkat operasional oleh setiap
satuan pendidikan
2. Dapat memahami dan
mengimplementasikan penerapan landasan Sosiologis dalam mengembangkan kurikulum
baik pengembangan pada level makro maupun pengembangan pada tingkat operasional
oleh setiap satuan pendidikan
3. Dapat memahami dan
mengimplementasikan penerapan landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dalam
mengembangkan kurikulum baik pengembangan pada level makro maupun pengembangan
pada tingkat operasional oleh setiap satuan pendidikan
Kemampuan
tersebut diatas sangat penting dimiliki oleh seorang guru, mengingat salah satu
fungsi dan peran guru adalah sebagai pengembang kurikulum. Adapun modal dasar
agar dapat menghasilkan kurikulum yang dapat diterima oleh pihak-pihak yang
berkepentingan (Stake holder), salah satu syaratnya bahwa kurikulum harus
dikembangkan dengan didasarkan pada sejumlah landasan yang tepat, kuat dan
kokoh.
Nana
Sy. Sukmadinata (1988:110) mengemukakan 4 komponen dari anatomi tubuh kurikulum
yang utama adalah tujuan, isi, atau materi, proses atu system penyampaian,
serta evaluasi
Komponen-komponen
kurikulum sebelumnya terdiri dari:
a. Tujuan
Tujuan
sebagai sebuah komponen kurikulum merupakan kekuatan fundamental yang peka
sekali, karena hasil kurikuler yang diinginkan tidak hanya sangat mempengaruhi
bentuk kurikulum, tetapi memberikan arah dan focus untuk seluruh program
pendidikan (Zais, 1976: 297). Hirarki vertical tujuan kurikulum di Indonesia,
paling tinggi adalah tujuan pendidikan nasional, kemudian tujuan kelembagaan,
tujuan kurikuler, dan tujuan pengajaran. Tujuan pendidikan nasional merupakan
kurikulum tertinggi yang bersumber pada falsafah bangsa (pancasila) dan
kebutuhan masyarakat tertuang dalam GBHN dan UU-SPN. Tujuan kelembagaan (tujuan
institusional) merupakan tujuan yang menjabarkan pendidikan nasional, bersumber
pada tujuan tiap jenjang pendidikan dalam UU-SPN, karakteristik lembaga, dan
kebutuhan masyarakat. Tujuan mata pelajaran dijabarkan dari tujuan kelembagaan,
bersumber pada karakteristik mata pelajaran, karakteristik lembaga dan
kebutuhan masyarakat.
Tujuan
pengajaran terbagi menjadi 2 macam, yakni Tujuan Umum Pengajaran (TUP) dan
Tujuan Khusus Pengajaran (TKP).
b. Materi atau
pengalaman belajar
merupakan
fungsi khusus dari kurikulum pendidikan formal adalah memilih dan menyusun isi
(komponen kedua dari kurikulum) supaya keinginan tujuan kurikulum dapat
tercapai dengan cara paling efektif dan supaya pengetahuan paling penting yang
diinginkan pada jalurnya dapat disajikan secara efektif (Zais, 1976:322).
Selain itu,mencapai tiap tujuan mengajar ynag telah ditentukan diperlukan bahan
ajaran (Nana.Sy. sukmadinata, 1988:114). Tetapi tidak cukup hanya isi atau
bahan ajar yang dipikirkan dalam kegiatan pengembangan kurikulum, lebih dari
itu adalah pengalamn beljar yang mampu mendukung pencapaian tujuan secara lebih
efektif.isi atau materi kurikulum adalah semua pengetahuan, keterampilan,
nilai-nilai, dan sikap terorganisasi dalam bidang studi. Sedangkan pengalamn
belajar dapat diartikan sebagai kegiatan belajar tentang disiplin berpikir dari
suatu disiplin ilmu.
c. Organisasi
Berdasarkan
pendapat Taba, bahwa materi dan pengalamn belajar dalam kurikulum
diorganisasikan untuk mengefektifkan pencapaian tujuan. Masalah- masalah utama
organisasi kurikuulum berkisar pada ruang lingkup, sekuensi, kontinuitas, dan
integrasi.
d. Evaluasi
Merupakan
komponen belajar keempat kurikulum, merupakan aspek kegiatan pendidikan yang
dipandang paling kecil (Zais, 1976:369). Evaluasi ditujukan untuk melakukan
evaluasi terhadap belajar sisiwa maupun keefektifan kurikulum dan pembelajaran.
Evaluasi kurikulum secara luas tidak hanya menilai dokumen tertulis, tetapi
yang lebih penting adalah kurikulum yang diterapkan sebagai bahan fungsional
darai kejadian yang meliputi interaksi siswa, guru, material, dan lingkungan.
Tujuan
evaluasi ada 11:
1.
Memperkuat kegiatan belajar
2.
Menguji pemahaman dan kemampuan siswa
3.
Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai
4.
Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran
5.
Memotivasi siswa
6.
Memberi umpan balik bagi siswa
7.
Memberi umpan balik bagi guru
8.
Memelihara standart mutu
9.
Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar
10.
Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya
11.
Menilai kualitas belajar
2. Guru
Guru
dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti guru, tetapi artinya harafiahnya
adalah “berat” adalah seorang pengajar suatu ilmu.
Dalam
bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik.
Guru
adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti
ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas,
setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang
guru. Beberapa istilah yang juga menggambarkan peran guru, antara lain:
Selain
siswa, faktor penting dalam proses belajar mengajar adalah guru. Guru sangat
berperan penting dalam menciptakan kelas yang komunikatif. Breen dan Candlin
dalam Nunan(1989:87) mengatakan bahwa peran guru adalah sebagai fasilitator
dalam proses yang komunikatif, bertindak sebagai partisipan, dan yang ketiga
bertindak sebagai pengamat.
Tugas
Guru
Daoed
Yoesoef (1980) menyatakan bahwa seorang guru mempunyai tiga tugas pokok yaitu
•
Tugas profesional,
•
Tugas manusiawi, dan
•
Tugas kemasyarakatan (sivic mission).
Jika
dikaitkan pembahasan tentang kebudayaan, maka tugas pertama berkaitan dengar
logika dan estetika, tugas kedua dan ketiga berkaitan dengan etika.
Tugas-tugas
profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan
seharusnya diketahui oleh anak.
Tugas
manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan
pengertian tentang diri sendiri.
Tugas
kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut
mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara
lewat UUD 1945 dan GBHN.
Ketiga
tugas guru itu harus dilaksanakan secara bersama-sama dalam kesatuan organis
harmonis dan dinamis. Seorang guru tidak hanya mengajar di dalam kelas saja
tetapi seorang guru harus mampu menjadi katalisator, motivator dan dinamisator
pembangunan tempat di mana ia bertempat tinggal.
Peran
Guru
WF
Connell (1972) membedakan tujuh peran seorang guru yaitu
1.
Pendidik (nurturer),
2.
Model,
3.
Pengajar dan pembimbing,
4.
Pelajar (learner),
5.
Komunikator terhadap masyarakat setempat,
6.
Pekerja administrasi, serta
7.
Kesetiaan terhadap lembaga.
Peran
guru sebagai pendidik (nurturer) merupakan peran-peran yang berkaitan dengan
tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan
dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan
mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah
dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Tugas-tugas ini berkaitan dengan
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman lebih lanjut seperti penggunaan kesehatan jasmani, bebas
dari orang tua, dan orang dewasa yang lain, moralitas tanggungjawab
kemasyarakatan, pengetahuan dan keterampilan dasar, persiapan.untuk perkawinan
dan hidup berkeluarga, pemilihan jabatan, dan hal-hal yang bersifat personal
dan spiritual. Oleh karena itu tugas guru dapat disebut pendidik dan
pemeliharaan anak. Guru sebagai penanggung jawab pendisiplinan anak harus
mengontrol setiap aktivitas anak-anak agar tingkat laku anak tidak menyimpang
dengan norma-norma yang ada.
Peran
guru sebagai model atau contoh bagi anak. Setiap anak mengharapkan guru mereka
dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku pendidik
baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai
dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
harus selalu diresapi oleh nilai-nilai Pancasila. Peranan guru sebagai pengajar
dan pembimbing dalam pengalaman belajar. Setiap guru harus memberikan
pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah seperti
persiapan perkawinan dan kehidupan keluarga, hasil belajar yang berupa tingkah
laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat, hasil belajar
yang berkaitan dengan tanggurfg jawab sosial tingkah laku sosial anak.
Kurikulum harus berisi hal-hal tersebut di atas sehingga anak memiliki pribadi
yang sesuai dengan nilai-nilai hidup yang dianut oleh bangsa dan negaranya,
mempunyai pengetahuan dan keterampilan dasar untuk hidup dalam masyarakat dan
pengetahuan untuk mengembangkan kemampuannya lebih lanjut.
Peran
guru sebagai pelajar (leamer). Seorang guru dituntut untuk selalu menambah
pengetahuan dan keterampilan agar supaya pengetahuan dan keterampilan yang
dirnilikinya tidak ketinggalan jaman. Pengetahuan dan keterampilan yang
dikuasai tidak hanya terbatas pada pengetahuan yang berkaitan dengan
pengembangan tugas profesional, tetapi juga tugas kemasyarakatan maupun tugas
kemanusiaan.
Peran
guru sebagai setiawan dalam lembaga pendidikan. Seorang guru diharapkan dapat
membantu kawannya yang memerlukan bantuan dalam mengembangkan kemampuannya.
Bantuan dapat secara langsung melalui pertemuan-pertemuan resmi maupun
pertemuan insidental.
Peranan
guru sebagai komunikator pembangunan masyarakat. Seorang guru diharapkan dapat
berperan aktif dalam pembangunan di segala bidang yang sedang dilakukan. Ia
dapat mengembangkan kemampuannya pada bidang-bidang dikuasainya.
Guru
sebagai administrator. Seorang guru tidak hanya sebagai pendidik dan pengajar,
tetapi juga sebagai administrator pada bidang pendidikan dan pengajaran. Oleh
karena itu seorang guru dituntut bekerja secara administrasi teratur. Segala
pelaksanaan dalam kaitannya proses belajar mengajar perlu diadministrasikan
secara baik. Sebab administrasi yang dikerjakan seperti membuat rencana
mengajar, mencatat hasil belajar dan sebagainya merupakan dokumen yang berharga
bahwa ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik.
3. Siswa
Siswa
atau Murid biasanya digunakan untuk seseorang yang mengikut suatu program
pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan lainnya, di bawah bimbingan
seorang atau beberapa guru. Dalam konteks keagamaan murid digunakan sebaai
sebutan bagi seseorang yang mengikuti bimbingan seorang tokoh bijaksana. Siswa
adalah inti dari proses belajar mengajar. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh
Kemp(1997:4),” students are the center of the teaching and learning process, so
they have to be involved in almost all the phrases of the classroom interaction
from planning to evaluation.” Untuk mendorong keterlibatan itu sendiri,
Brown(1987:115) menekankan pentingnya perhatian pada motivasi belajar siswa.
“The foreign language learner who is intrinsically meeting in needs in learning
the language will positively motivated to learn. When students are motivated to
learn, they usually pay attention, become actively involved in the learning and
direct their energies to the learning task.”
4. Metode
Metode
merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang tersusun dapat tercapai secara optimal. Metode
digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Stategi menunjuk
pada sebuah perencaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang
dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian suatu strategi
dapat dilaksanakan dengan berbagai metode.
Berikut
ini disajikan beberapa metode pembelajaran yang bisa digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran.
A. Metode Ceramah
Metode
caramah adalah penuturan bahan pelajaran secara lisan. Metode ini senantiasa
bagus bila penggunaannya betul-betul disiapkan dengan baik, didukung oleh alat
dan media serta memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.
Metode
ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering digunakan oleh setiap guru
atau instruktur. Hal ini selain disebabkan oleh pertimbangan tertentu, juga
adanya factor kebiasaan baik dari guru ataupun siswa. Guru biasanya belum
merasa puas manakala dalam proses pengelolaan pembelajaran tidak melakukan
ceramah. Demikian juga siswa, mereka akan belajar manakala guru memberikan
materi pelajaran melalui caramah, sehingga ada guru yang ceramah ada proses
belajar dan tidak ada guru berarti tidak belajar. Metode ceramah merupakan cara
mengimplementasikan strategi pembelajaran ekspositori.
B. Metode Demonstrasi
Demonstrasi
merupakan metode yang paling efektif, sebab membantu siswa untuk mencari
jawaban secara sendiri berdasarkan fakgta atau data yang benar. Metode
demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan
mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu,
baik sebenarnya atau sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi
tidak terlepasdari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses
demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi
akan dapat menyajikan pelajaran secara konkrit. Dalam strategi pembelajaran,
demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan pembeljaran
ekspositori dan inkuiri.
C. Metode Diskusi
Metode
diskusi merupakan metode yang menghadapkan siswa pada permasalahan. Tujuan
utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab
pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu
keputusan (Killen, 1998). Karena itu diskusi, bukan merupakan debat yang bersifat
mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk
menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Selama ini banyak guru yang
merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi dalam proses pembelajaran.
Selama ini banyak guru yang merasa keberatan untuk menggunakan metode diskusi
dalam pembelajaran. Keberatan itu biasanya timbul dari asumsi:
1.Diskusi
merupakan metode yang sulit diprediksi hasilnya oleh karena interaksi siswa
muncul secara spontan, sehingga hasil diskusi sulit ditentukan.
2.
Diskusi biasanya memerlukan waktu yang cukup panjang, padahal waktu
pembelajaran didalam kelas sangat terbatas, sehingga keterbatasan itu tidak
mungkin menghasilkan secara tuntas.
D. Metode Simulasi
Simulasi
berasal dari kata “stimulate” yang artinya berpura-pura atu seakan-akan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman
belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,
prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai mengajar
dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung
pada objek yang sebenarnya.
E. Metode Tugas dan
Resitasi
Metode
tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi lebih luas dari
itu. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik secara
individu atau kelompok. Tugas dan resitasi bisa dilakukan di rumah, di sekolah,
di perpustakaan dan tempat lainnya.
F. Metode Tanya Jawab
Metode
tanya jawab adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi
langsung yang bersifat two way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog
antara guru dan siswa. Guru bertanya siswa menjawab, siswa bertanya guru
menjawab. Dalam komunikasi ini terlihat adanya hubungan timbal balik secara
langsung antar guru.
G. Metode Kerja
Kelompok
Metode
kerja kelompok atau bekerja dalam situasi kelompok mengandung pengertian bahwa
siswa dalam satu kelas dipandang sebagai satu kesatuan (kelompok) tersendiri
atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil.
H. Metode Problem
Solving
Metode
problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai dengan
menarik kesimpulan.
I. Metode Sistem Regu
(team teaching)
Team
teaching pada dasarnya adalah metode mengajar dua orang guru atau lebih bekerja
sama mengajar sebuah kelompok siswa, jadi kelas dihadapi beberapa guru. System
regu banyak macamnya, sebab untuk satu regu tidak senantiasa guru secara formal
saja, tetapi dapat melibatkan orang luar yang dianggap perlu sesuai dengan
keahlian yang dibutuhkan.
J. Metode Latihan
(Drill)
Metode
latihan pada umumnya digunakan untuk memperoleh suatu ketangkasan atau
keterampilan dari apa yang dipelajari. Mengingat latihan ini kurang
mengembangkan bakat/inisiatif siswa untuk berpikir, maka guru/pengajar
memperhatikan tingkat kewajaran dari metode drill.
K. Metode Karyawisata
(Field-Trip)
Karyawisata
dalam arti metode mengajar mempunyai arti tersendiri, ber30
beda
dengan karyawisata dalam arti umum. Karyawisata di sini berarti kunjungan ke
luar kelas dalam rangka belajar. Contoh: Mengajak siswa ke gedung pengadilan
untuk mengetahui system peradilan dan proses pengadilan, selama satu jam
pelajaran. Jadi, karya wisatadi atas tidak mengambil tempat yang jauh dari
sekolah dan tidak memerlukan waktu yang lama. Karyawisata dalam waktu yang lama
dan tempat yang jauh disebut study tour.
5. Materi dan Bahan Ajar
Materi
juga merupakan salah satu faktor penentu keterlibatan siswa. Adapun
karakteristik dari materi yang bagus menurut Hutchinson dan Waters adalah:
• Adanya
teks yang menarik
• Adanya
kegiatan atau aktivitas yang menyenangkan serta meliputi kemampuan berpikir
siswa
• Memberi
kesempatan siswa untuk menggunakan pengetahuan dan ketrampilan yang sudah
mereka miliki
• Materi
yang dikuasai baik oleh siswa maupun guru
Dalam
kegiatan belajar, materi harus didesain sedemikian rupa, sehingga cocok untuk
mencapai tujuan dengan memperhatikan komponen-komponen yang lain, terutama
komponen anak didik yang merupakan sentral. Pemilihan materi harus benar-benar
dapat memberikan kecakapan dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari.
Beberapa kriteria materi yaitu :
1. Kesahihan (Valid) yaitu materi yang
dituangkan dalam kegiatan belajar mengajar benar-benar telah teruji kebenaran
dan kesahihannya, juga merupakan materi yang aktual, tidak ketinggalan zaman
dan memberikan kontribusi untuk pemahaman kedepan.
2. Tingkat kepentingan : materi yang
dipilih benar-benar diperlukan peserta didik, sejauh mana materi tersebut
penting untuk dipelajari.
3. Kebermaknaan : materi yang dipilih
dapat memberikan manfaat akademis yaitu memberikan dasar – dasar pengetahuan
dan keterampilan yang akan dikembangkan dan manfaat non akademis yaitu
mengembangkan kecakapan hidup dan sikap yang dibutuhkan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Kelayakan : materi memungkinkan untuk
dipelajari, baik dari aspek tingkat kesulitannya maupun aspek kelayakannya
terhadap pemanfaatan materi dan kondisi setempat.
5. Ketertarikan/Menarik minat : materi
yang dipilih hendaknya menarik minat dan dapat memotivasi dan menumbuhkan rasa
ingin tahu peserta didik.
Menurut
Asep Herry Hernawan (2002) materi mengandung aspek-aspek tertentu sesuai dengan
tingkat tujuan yang ingin dicapai meliputi :
1. Teori yaitu seperangkat konstruk atau
konsep definisi atau preposisi yang saling berhubungan.
2. Konsep merupakan definisi singkat
dari sekelompok fakta atau gejala.
3. Generalisasi yaitu kesimpulan umum
berdasarkan hal-hal yang khusus.
4. Prosedur yaitu seri langkah-langkah
yangberurutan dalam materi pelajaran yang haru dilakukan peserta didik.
5. Prinsip yaitu ide utama.
6. fakta yaitu sejumlah informasi khusus
dalam materi yang dianggap penting.
7. Istilah yaitu kata-kata
perbendaharaan yang baru dan khusus yang diperkenalkan dalam materi.
8. Contoh yaitu hal atau proses yang
bertujuan untuk memperjelas suatu uraian.
9. Definisi yaitu penjelasan tentang
makna/pengertian tentang suatu hal/kata.
10. Preposisi yaitu kata yang digunakan
untuk menyampaikan materi pelajaran.
Selain
itu,mencapai tiap tujuan mengajar yang telah ditentukan diperlukan bahan ajaran
(Nana.Sy. sukmadinata, 1988:114). Tetapi tidak cukup hanya isi atau bahan ajar
yang dipikirkan dalam kegiatan pengembangan kurikulum, lebih dari itu adalah
pengalaman belajar yang mampu mendukung pencapaian tujuan secara lebih efektif.
Isi atau materi kurikulum adalah semua pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai,
dan sikap terorganisasi dalam bidang studi. Sedangkan pengalaman belajar dapat
diartikan sebagai kegiatan belajar tentang disiplin berpikir dari suatu
disiplin ilmu.
6. Media pembelajaran atau Alat
Pembelajaran
Media
Pembelajaran merupakan sumber belajar eksternal yang menjadi bagian dari
Metodologi Pembelajaran yang diatur oleh pengajar.
Definisi
media pembelajaran:
• Media: jamak dari medium
(latin:perantara/pengantar)
• AECT Amerika: segala bentuk saluran
yang digunakan untuk menyampaikan pesan/informasi.
• Gagne (1970): berbagai jenis komponen
dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk beljar.
• Birggs(1970): alat fisik yang dapat
menyajikan pesan dan merangsang siswa untuk belajar.
• NEA: bentuk komunikasi baik cetak
maupun audiovisual serta peralatannya.
7. Evaluasi
Merupakan
aspek kegiatan pendidikan yang dipandang paling kecil (Zais, 1976:369).
Evaluasi ditujukan untuk melakukan evaluasi terhadap belajar sisiwa maupun
keefektifan kurikulum dan pembelajaran. Evaluasi kurikulum secara luas tidak
hanya menilai dokumen tertulis, tetapi yang lebih penting adalah kurikulum yang
diterapkan sebagai bahan fungsional darai kejadian yang meliputi interaksi
siswa, guru, material, dan lingkungan.
Dari gambar di atas, nampaknya setiap unsur dapat dikatakan
penting dan menentukan. Namun apabila dicermati lebih mendalam satu persatu
unsur-unsur selain guru, yakni konteks, siswa, kurikulum, metode, dan sarana,
tidak dapat menunjukkan peran yang berbeda tanpa mengubah posisinya, namun
disisi lain guru yang profesional mampu mengubah, mengupayakan atau
memanipulasi ke-5 (lima) variabel tersebut untuk kepentingan pembelajaran yang
ia kehendaki.
• Guru, konteks, siswa, kurikulum, metode, media, sarana adalah unsur yang dapat berpengaruh kepada kualitas belajar dan pembelajaran.
• Guru merupakan satu-satunya unsur yang mampu mengubah unsur-unsur lain menjadi bervariasi. Sebaliknya unsur-unsur yang lain tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi.
• Guru merupakan unsur yang mempunyai peran amat penting bagi terwujudnya pembelajaran, menurut kualitas yang dikehendaki.
Menurut pandangan penulis, kedua pandangan tersebut jika
dipahami lebih mendalam akan ditemukan persamaan-persamaan. Diantaranya istilah
lingkungan pembelajaran menurut Soetopo dalam perspektif Arikunto disebut
dengan istilah konteks, kemudian Arikunto juga tidak menyebutkan komponen
evaluasi.
Kalau dicermati lebih jauh, komponen kurikulum yang dipakai oleh Arikunto mengisyaratkan adanya evaluasi, karena dalam perencanaan kurikulum pasti terdapat evaluasi. Istilah kurikulum oleh Soetopo dipecah menjadi dua yaitu materi dan evaluasi pembelajaran.
Penulis menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Soetopo yang menyatakan bahwa komponen pembelajaran mencakup (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dengan semakin maraknya sekolah unggul yang menerapkan metode Quantum Teaching and Learning (QTL) dalam pembelajaran, maka keberadaan delapan komponen sebagaimana yang dikemukakan oleh Soetopo menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dan dikesampingkan untuk mencapai kualitas pembelajaran sebagaimana yang diharapkan.
Kalau dicermati lebih jauh, komponen kurikulum yang dipakai oleh Arikunto mengisyaratkan adanya evaluasi, karena dalam perencanaan kurikulum pasti terdapat evaluasi. Istilah kurikulum oleh Soetopo dipecah menjadi dua yaitu materi dan evaluasi pembelajaran.
Penulis menggunakan konsep yang dikemukakan oleh Soetopo yang menyatakan bahwa komponen pembelajaran mencakup (1) Siswa, (2) Guru, (3) Tujuan, (4) Materi, (5) Metode, (6) Sarana/Alat, (7) Evaluasi, dan (8) Lingkungan/konteks. Merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Dengan semakin maraknya sekolah unggul yang menerapkan metode Quantum Teaching and Learning (QTL) dalam pembelajaran, maka keberadaan delapan komponen sebagaimana yang dikemukakan oleh Soetopo menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dan dikesampingkan untuk mencapai kualitas pembelajaran sebagaimana yang diharapkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar